"Aku ada di malam hari saat langit cerah."
Selarik kalimat yang membuat tertarik. Pemuda itu tertawan. Kini berusaha keras mencari jawaban.
"Bulan? Wulan? Bintang? Lintang? Kejora? Venus? Galaksi? Atau Komet?"
Ah!
Sudah seminggu kejadian 'tabrak lari' itu berlalu. Noda bekas kopi juga sudah pudar dan kering. Namun, siraman air panasnya tak kunjung hilang. Justru makin melembut dan melekat hangat. Menelisik jauh ke dalam hati.
Di dadanya ada yang ikut menyala. Tak kunjung padam kecuali bersemuka. Karsanya menghajatkan jumpa. Rindukah?
Di hari yang sama, sepekan kemudian. Pemuda itu sengaja menunggu. Di tempat yang sama. Di waktu yang bahkan tepat sampai detiknya.
Enam puluh menit menunggu. Sudah terlewat dari momen itu. Namun gadis di langit malam itu tak juga berlalu. Kemana dia?
[Pak, mohon maaf saya agak terlambat ke kantor. Ada urusan sedikit di jalan.]
[Oke, Bas. Semoga urusanmu segera selesai. Sekalian mampirlah kantor Bu Ratna. Ambil sertifikat kemarin itu!]
[Siap.]
Urusan ijin, beres. Pemuda itu berjalan menyeberang. Membulatkan keberanian. Sekarang atau tidak sama sekali.