Arjuna

Istuti
Chapter #27

Pertemuan Kedua

Jika merindumu serupa minum kopi, maka biarkan pahitnya abadi. 

-Istie

Kata orang, merindu itu susah. Nyatanya, justru teramat mudah. Juna sudah mencoba mengusir rindu itu jauh-jauh. Bahkan berusaha membunuh. Namun, entahlah.

Rindu datang seperti lapar. Meski tak dipikir, ia tetap hadir. Semacam alarm, begitu lambung kosong, ia menyala. Jika lapar dapat diobati dengan makan, maka rindu tak ada formulanya.

Bertemu? Tidak selalu. Nyatanya tiap bertemu, bukan mengobati. Hanya akan menambah kadar rindu menjadi berlipat. Makin memilukan. Ibarat lambung, produksi asam meningkat, hingga melukai dindingnya. Perih.

Kriiinggg!

Telepon di meja Juna mengagetkan rindunya. Syukurlah. Perlahan menguap dan hilang. Meski sementara. 

"Assalamu'alaikum, dengan Juna."

"Juna, tolong ke ruangan saya."

"Oh, siap, Pak. Perlu disiapkan berkas apa?"

"Tak usah. Bawa diri sehat saja."

Reno tertawa di ujung telepon. 

"Segera, ya."

"Siap."

Lihat selengkapnya