Arkan & Agatha (Love Story)

Nasyafaav
Chapter #5

Kebersamaan

Bagi Agatha, kebersamaan adalah sebuah pertemuan yang sangat menyenangkan.

Pagi ini, Agatha akan bertemu keluarga—ayah di rumah paman. Sekitar 3 atau 4 jam akan sampai di sana. Agatha sangat senang ke sana, karena biasanya Agatha hanya bisa datang setiap satu tahun sekali. Namun, setelah tinggal di Jakarta, mereka bisa datang setiap satu minggu sekali. Dan biasanya ada Salsha disana. Walaupun hubungan Salsha dengan ayahnya tidak terlalu baik, namun dengan keluarga ayahnya baik-baik saja.

Salsha yang sedang menonton TV dan Agatha yang baru saja sampai di rumah paman menghampiri Salsha di ruang tamu. Ia sangat ingin bicara dengan Salsha. Ini adalah kesempatannya. Dengan jantung yang berdebar kencang, karena harus bicara dengan kakak—tiri. Apalagi Salsha tidak menyukai Agatha, itu membuat Agatha deg-degan dan bergemetar.

“Kak Salsha.” ucap Agatha dengan memegang kedua tangan yang dingin.

Salsha hanya menoleh sebentar dan kembali menonton. Karena tidak akan ada kesempatan lagi, Agatha terus berusaha agar Salsha mau bicara denganya. Seketika Salsha mengingat sesuatu:

‘Malam sabtu—21 Agustus—Salsha datang ke rumah Ibunda Arkan—Sarah untuk silahturahmi. Memang biasanya Salsha datang ke rumah Sarah setiap malam, karena Sarah selalu pulang malam. Tak lama Arkan datang dengan seorang diri. Salsha yang sedang berbincang dengan Sarah, Arkan menghentikan pembicaraan itu agar ia bisa bicara dengan Salsha. Karena hanya Salsha yang selalu mendengar curhatan Arkan, tidak yang lain. Arkan mengajak Salsha ke halaman depan, duduk di sebuah ayunan dengan dua gelas yang satu teh hangat dan yang satu chocolate hangat. Arkan mengeluarkan handphone dari saku celana. Ia memberi sebuah foto di hp kepada Salsha. Foto itu terlihat satu gadis dengan gaya berdiri biasa.

“Cantik gak?” ucap Arkan.

“Cantik.”

“Namanya Agatha Marvellyn, pindahan dari Jember.”

Salsha mengangguk. Ia pura-pura tak mengenal gadis itu demi kebahagiaan sahabatnya. Walaupun Salsha tidak suka dengan Agatha namun demi Arkan, ia akan melakukan apapun yang penting Arkan bahagia.

Mulai hari itu, Salsha akan berusaha untuk melupakan masa lalunya.

Setelah mengingat semua yang Arkan ucapkan waktu itu, Salsha mau bicara dengan Agatha. Mereka berbincang dengan sangat senang. Awal yang baik untuk Salsha.

***

“Hari minggu yang tidak enak!!!” kesal Alvaro yang sudah membesar dengan hari minggu kali ini. Suka tak suka ia harus di rumah. Mau kemana lagi kalau tidak di rumah. Tak ada rencana untuk hari ini. Sangat membosankan bagi Alvaro. Dengan suara cukup keras, Arkan yang mendengar mengeluh.

“Kenapa gak pergi sama pacar, bukannya udah punya pacar?""

“Lagi pergi dianya.”

“Kemana?”

“Ke rumah pamannya, katanya.”

“Oh.” datar Arkan dengan kepala yang mengangguk.

Suasana di Apartement yang biasa membuat Alvaro tidak betah, ia keluar dan mencari angin untuk menghilangkan kebosanannya di Apart. Arkan yang di Apart saja, hanya membersihkan Apartement dan membuat makan siang. Walaupun harus membersihkan Apartement sendirian, Arkan tidak pernah mengeluh karena sudah keputusannya untuk tinggal berdua dengan Alvaro dan menjadi anak yang mandiri. Alvaro yang sering mengeluh dan yang tidak pernah membantu Arkan untuk membereskan rumah ataupun memasak makanan tidak membuat Arkan marah. Arkan sudah berjanji akan selalu menjaga adiknya dengan baik dengan sikap dan keadaan apapun yang penting tidak melewati batasnya. Janji itu Arkan buat saat ia dan Alvaro pindah ke Apartement dan tinggal berdua. Ia berjanji kepada orang tuanya dan kepada Allah terutama.

Setelah mencari angin di luar, Alvaro bertemu dengan Zahra yang sedang berlari—seperti orang yang berolahraga—kaki Zahra berhenti seakan ada yang menghentikannya. Ia merasakan sebuah hubungan yang erat dengannya, tapi ia tak tau siapa yang membuat hubungan itu. Udara yang yang mulai dingin, angin yang mulai kencang membuat Zahra kehilangan kendalinya. Alvaro melihat dari sudut kanannya, lari cepat untuk menyelamatkan Zahra. Keseimbangan Zahra mulai tak seimbang, ia merasa seakan melayang ke atas. Badan Zahra mulai terjatuh perlahan. Sebelum jatuh ke tanah, Alvaro cepat menahannya. Alvaro membawanya ke dalam Apartement. Arkan yang sedang masak makanan, melihat Zahra yang sedang di gendong Alvaro dengan keadaan pingsan, buru-buru mengambil bantal di kamar dan taruh di sofa ruang depan. Arkan menanyakan kepada Alvaro kenapa Zahra bisa seperti ini, Alvaro hanya menatap Zahra. Ia juga tak habis fikir kenapa Zahra bisa pingsan. Padahal Zahra tidak mempunyai penyakit apapun.

Sudah hampir setengah jam, Zahra tidak bangun dari pingsannya. Alvaro dan Arkan semakin khawatir dengan keadaan seperti ini. Mereka tidak mempunyai nomor telepon dan alamat orang tua Zahra. Dan pada akhirnya Arkan memutuskan memanggil dokter Andre. Dokter Andre adalah dokter dari keluarga Arkan dan Alvaro. Tidak ada cara lain, selain memanggil dokter ke Apartement.

Tak lama dokter Andre datang. Ia memeriksa Zahra. Setelah itu dokter Andre bicara dengan Arkan dan Alvaro, bahwa Zahra tidak apa-apa. Zahra hanya lelah dan capek. Tidak ada penyakit apapun yang membuat Zahra pingsan.

Lihat selengkapnya