Udara masih terasa sejuk saat Arka memarkirkan motornya di parkiran SMA Satu Harapan, awal bulan Januari yang hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur natal dan tahun baru. Arka cukup bersemangat untuk ke sekolah hari ini, karena hanya disinilah ia bisa melupakan rasa kesepiannya yang selalu menjadi temannya. Hanya disinilah ia bisa merubah dirinya menjadi Arka yang penuh kegembiraan dan tingkah jail yang akan membuat teman- temannya kesal, bahkan guru dan pak satpam pun pernah ia buat jengkel.
Menurut Arka suara teriakan yang diberikan untuknya adalah salah satu hiburan yang membuat ramai dunianya. Tak salah karena itulah ia dikenal oleh teman- teman satu angkatannya, bahkan kakak kelasnya pun banyak yang mengenal Arka.
Setelah helm ia kaitkan di kaca spion, Arka berjalan menjauhi tempat parkir menuju kelasnya. Namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya.
“Woi Arka!” suaranya begitu nyaring terdengar karna memang keadaan parkiran belum dipadati oleh para siswa yang membawa sepeda motor.
“Eh lu Sat, kenapa?” jawab Arka sambil menengok dan menunggu Satria menghampirinya.
“Bisa ngomong bentar, ada yang perlu gue obrolin,” pinta Satria, kakak kelas Arka.
“Bisa, mau ngomong apa?” sahutnya sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
“Lu waktu smp bukannya punya band ya, gue pernah liat lu tampil di pensi, masih jalan band lu?” tanya pria yang memiliki wajah tampan berambut hitam rapi itu.
“Oh iya, tapi udah gak jalan, udah pisah sekolah,” ungkap Arka.
“Nah pas banget, lu pegang rytem kan, mau gak lu gabung sama band sekolah?” lanjut Satria.
“Bukannya band sekolah udah ada personil lengkap? Lagian gue kelas sepuluh mana bisa gabung.”
“Reza dikeluarin pak Valdy, dia jarang latihan mana sering banget seenaknya. Gak masalah mau kelas berapa juga, yang penting udah pengalaman manggung, soalnya bentar lagi kita mau ikut parade band SMA se- Jakarta,” jelas Satria.
“Yakin nih gak masalah, gue sih mau gabung.”
“Engga, yaudah ntar jam istirahat pertama lu dateng ke ruang musik ya, biar pak
Valdy liat dulu, kalau beliau setuju, lu bisa langsung gabung,” menepuk pundak Arka.
“Oke, ntar gue ke sana,” Arka menganggukan kepalanya.
“Thanks ya bro, gue tunggu, yaudah gue duluan,” berjalan meninggalkan Arka.
Band sekolah adalah salah satu ektrakulikuler yang cukup popular di SMA Satu Harapan. Personilnya pun engga kalah popoler, yang beranggotakan lima cowok keren kelas sebelas.
Namun kali ini adalah hari keberuntungan Arka, disaat orang lain yang ingin bergabung harus menunggu jadi kelas sebelas, ia tidak perlu menunggu lama, vokalisnya langsung yang menawarinya untuk gabung ke band sekolah.
Namun tetap Arka harus berusaha menunjukan kemampuan terbaiknya di hadapan pak Valdy, guru kesenian yang sekaligus pembina dari band sekolah.
-ooo-
“Kanaaaaaaaaaa”
Suara nyaring Ica memecahkan keheningan kelas yang baru seperempat penghuninya yang hadir. Sontak perhatian beberapa pasang mata teralihkan pada sumber suara tersebut.
Termasuk seorang gadis yang memiliki rambut hitam lurus yang tergerai, Kana Jovanka. Dengan ekspresi wajah yang kaget pandangan Kana mengikuti langkah Ica yang duduk disampingnya.
“Lu kenapa sih Ca, pagi-pagi udah kesurupan aja!” protes angga, teman sekelas mereka.
“Yeee enak aja lu, siapa juga yang kesurupan,” balas Ica dengan tatapan yang sinis.
“Lu kenapa sih Ca, pagi- pagi udah berisik, bisa kecilin gak itu suara?” tanya Kana dengan nada agak jengkel karena ulah sahabatnya itu.
“Hehe maaf, tapi Kana lu harus tau tadi di parkiran gue ngeliat siapa,“ ucapnya dengan antusias.