Matahari melaksanakan tugasnya dengan baik hari ini, menyebabkan mayoritas siswa memilih untuk tetap tinggal di kelas menghindari pancaran sinar matahari yang mungkin bisa menyebabkan kulit menjadi hitam apabila langsung terpapar olehnya.
Namun hal ini tidak berlaku untuk Kana, di jam istirahat kedua ini ia berantusias pergi keluar kelas, bukan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi meronta meminta untuk diisi, karena sejak istirahat pertama waktunya dihabiskan untuk bergelut dengan soal- soal yang cukup membuat pikirannya terkuras, ia memang tipe anak yang tak suka menunda tugas. Ia kan segera menyelasaikan apa yang sudah ia mulai dengan segera.
Kana berjalan sedikit terburu- buru dengan detak jantung yang tak karuan menuju papan pengumuman yang ditemani Ica, begitu melihat papan pengumuman dihadapannya pandangan kedua bola matanya langsung tertuju pada selembar kertas yang di dalamnya bertuliskan nama- nama siswa yang lolos untuk mewakili sekolah di olimpiade sains.
Dengan teliti ia membaca satu persatu mata pelajaran yang di olimpiade kan beserta nama siswa yang lolos seleksi. Sorot matanya berhenti diangka tiga yang menuliskan mata pelajaran kimia, Kana tidak bisa menahan rasa bahagianya karena nama ialah yang tercantum untuk mewakili sekolah pada mata pelajaran kimia. Pelukan spontan Kana berikan kepada Ica yang berdiri bangga melihat sabahatnya itu, ia menyambut pelukan Kana dengan hangat seraya ucapan selamat dan semangat.
Tak sia- sia waktu liburan yang ia korbankan untuk membaca dan mengasah kemampuannya dimata pelajaran kimia, kini ia berhasil lolos. Namun ini hanyalah permulaan untuk Kana berusaha lebih keras lagi karna rintangan yang ia hadapi akan lebih besar dan sulit.
Masih dengan perasaan gembira ia langkahkan kakinya menuju laboratorium kimia yang dimana bu Herna selaku ketua pembimbing olimpiade sains dan pembimbing mata pelajaran kimia pada khususnya sudah menunggu Kana. Ica yang tidak mau mengganggu memutuskan pergi ke kantin dan membelikan makanan untuk sahabatnya itu, tingkat kepedulian di persahabatan mereka memang cukup tinggi.
Ketukan pintu dan ucapan salam yang berusaha Kana ucapkan dengan sangat sopan menghentikan obrolan yang sedang berlangsung di dalam ruangan antara bu Herna dengan siswa laki- laki yang dari belakang saja Kana sudah bisa mengenali siapa dirinya. Seseorang yang mampu membuat bangga seisi sekolah atau mungkin seluruh rakyat Indonesia.
Defa Bagaskara, siswa kelas dua belas SMA Satu Harapan, pemenang olimpiade sains nasional mata pelajaran kimia yang mewakili Indonesia di olimpiade sains internasional di Rusia. Walaupun pulang bukan sebagai pemenang namun ia sudah mampu mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional.
Bu Herna menyambut kedatangan Kana dengan ramah. Sementara Defa menengok ke arah pintu, tanpa Kana duga Defa kaget melihat sosok Kana yang menghampiri mereka berdua.
“Sini Kana, silahkan duduk. Selamat ya, kamu menjadi wakil sekolah dimata pelajaran kimia, ibu sudah yakin dari awal kamu punya kemampuan yang lebih dibanding siswa yang mengikuti tes tadi,” puji bu Herna pada murid yang akan menjadi kebanggaannya itu.
“Terima kasih bu, saya akan berusaha lebih keras,” Kana duduk tepat dihadapan Defa.
“Defa, kenalkan ini Kana, yang akan kamu….” ucapan nya terpotong saat bu Herna mendapati Defa yang kehilangan fokus memperhatikan Kana.
“Defaaa,” lanjut bu Herna sambil menggerakan pergelangan tangan tepat dihadapan wajah Defa.
“Oh iya bu maaf, gimana?” sahut Defa yang tersadar dan mengalihkan pandangannya pada bu Herna.
“Kamu kenapa bengong gitu melihat Kana?”
“Engga bu engga apa apa,” menggelengkan kepala.
“Yaudah sekarang kalian kenalan. Kana, Defa ini akan menjadi tutor kamu untuk sharing pengalamannya di olimpiade sains tahun lalu,” pinta bu Herna pada kedua muridnya itu.
“Baik bu, halo ka, saya Kana,” tangan kanan Kana terulur di hadapan Defa.
“Saya Defa,” manjabat tangan Kana masih dengan memperhatikan Kana.
“Kalau gitu kalian diskusi dulu kapan kalian bisa mulai belajar bersama, Kana ini surat persetujuan untuk orang tua kamu, jangan lupa ditanda tangan dan serahkan ke saya besok dengan kartu pelajar kamu,” jelas bu Herna memberikan amplop berisi surat pada Kana.
“Baik bu terima kasih,” jawab Kana yang mengambil amplop tersebut.
“Ibu tinggal dulu, nanti hasil diskusinya bisa Defa laporkan ke saya,” bangkit dari bangkunya dan berjalan menuju luar ruangan.
“Baik bu, akan segera saya laporkan,” jawab Defa.