29 November 2019.
Ada yang bilang bahwa tidak ada sesuatu yang namanya kebetulan di dunia ini. Dan Ata memang bukan orang yang percaya dengan sebuah kebetulan. Tapi hidupnya selama beberapa hari ini memang aneh. Entah disengaja atau tidak, Ata selalu bertemu dengan laki-laki itu setiap hari, setidaknya hingga kemarin. Setelah pertemuan 'tidak sengaja' di bioskop kemarin, Ata berharap tidak akan pernah bertemu laki-laki menyebalkan itu lagi.
Tadi sore sepulang kuliah, Fiona mengajak Ata untuk ikut menonton konser penyanyi yang sedang digandrungi Fiona. Ata tidak bisa menolak karena Fiona sudah jauh-jauh hari memesan tiket untuk mereka berdua. Apalagi penyanyi itu diundang sebagai bintang tamu di salah satu acara kampus mereka.
15 menit pertama ketika konser dimulai, Ata masih bisa menahan diri. Meskipun telinganya mulai sakit mendengar musik yang kencang, Ata masih mencoba bertahan setelah melihat wajah bahagia Fiona yang tersenyum sambil bernyanyi mengikuti alunan lagu. Namun setelah 25 menit mendengarkan lagu-lagu yang ia sama sekali tidak tahu, Ata memutuskan untuk keluar dari area konser.
“Fi, aku keluar bentar ya, haus,” ucap Ata sambil setengah berteriak di telinga Fiona.
Fiona hanya tersenyum sambil mengangguk. Ia tahu jika Ata sudah memaksakan diri untuk datang ke acara seperti ini. Fiona tahu Ata pasti sangat lelah karena harus berada di tengah keramaian. Ia juga sadar kalau sekarang Ata hanya mencari alasan paling sopan untuk keluar. Fiona sangat memahami sahabatnya itu. Baginya, ini sudah lebih dari cukup.
Setelah mengucapkan permisi berulang kali, akhirnya Ata berhasil menjauh dari lautan manusia yang sedang tergila-gila pada seorang penyanyi muda yang naik daun itu. Begitu keluar dari area konser, Ata berniat mencari tempat yang cukup sepi agar tidak bertemu banyak orang. Saat itulah sudut matanya menangkap sosok yang tampak tidak asing.
Ata berdiri sambil menatap Gara yang berjarak sekitar 10 meter di depannya. Gara sedang menelepon seseorang dan sepertinya ia tidak menyadari kehadiran Ata. Jadi Ata memutuskan untuk duduk menepi di dinding yang cukup jauh dari kerumunan. Hari ini, energinya sudah sangat terkuras. Ata lantas duduk sambil memeluk lututnya.
"Ta?" sapaan Gara terdengar seperti pertanyaan.
Ata menghelas napas. Ia tidak menyangka Gara akan menemukan dirinya. Ata mengangkat wajahnya lalu mata mereka beradu. "Apa lagi?!"
"Kamu ngapain di sini?" Gara menengok sekeliling. Laki-laki itu bingung karena ia yakin jika Ata bukan tipe orang yang menyukai acara konser seperti ini.
Ata memutar matanya. Ia tidak menyangka Gara akan menanyakan pertanyaan konyol seperti itu. "Nonton konser."
Begitu mendengar jawaban Ata, Gara tertawa lepas. "Kamu kan nggak suka sama sesuatu yang berisik. Apalagi konser. Bukan kamu banget."
Lagi. Gara melakukan hal itu lagi. Ata masih bertanya-tanya bagaimana Gara bisa mengetahui hal-hal kecil tentangnya.
"Termasuk kamu,” Ata membuang muka.
"Maksudnya apa, Ta?"
"Kamu juga berisik," Ata berdiri lalu berniat pergi.
"Eh, mau ke mana, Ta?" Gara berusaha mengimbangi langkah Ata yang menjauhi dirinya.
"Pulang,” nada bicara Ata terdengar dingin dan ketus. Perempuan itu benar-benar tidak dalam mood yang baik untuk meladeni basa-basi Gara malam ini.
"Jangan sendirian, Ta. Udah malam, bahaya. Aku antar....."
"Aku naik ojek online," Ata merogoh ponsel di kantong celananya. 'Sialan,' umpatnya dalam hati begitu menyadari ponselnya mati. Ata tidak peduli. Ia hanya ingin menjauh dari Gara secepatnya.
"Aku antar aja ya, Ta."