Percayalah, sikapku dan hatiku itu berbanding terbalik.
_____________________________
Tadi setelah Cara beristirahat selama tiga jam di UKS, kini ia harus kembali ke kelas dikarenakan guru yang mengajar itu guru killer di Pelita. Cara tak mau kena amukan pria tua itu. Ya, guru killer itu sudah berumur.
Selama pelajaran Cara hanya diam disamping Arka yang mendengar dengan fokus Pak Agus mengajar tapi ketika namanya disebut-sebut Cara mengangkat wajahnya.
"Arka kamu satu kelompok dengan Cara." Ucap Pak Agus Dengan santainya tanpa menatap Cara yang kini menatap pria paruh baya itu dengan tatapan tak percaya.
Bagaimana bisa ia dan Arka menjadi satu kelompok? Bukannya mengerjakan tugas yang ada malah beradu mulut.
"Pak, saya kerjain tugasnya sendiri aja atau ga saya ganti pasangan kelompok." Ucap Cara sambil mengangkat tangan kanannya.
"Tidak ada bantahan Caramel Kenzio." Tegas pak Agus.
Cara berdecak kesal sambil melirik Arka yang diam dengan ekspresi biasa, datar. Cara berkomat-kamit menyumpah serapahi pria tua itu. Tidak sopan memang tapi Cara sudah terlanjur kesal.
***
Kini hobi baru Cara menatap lurus pada jarum jam yang memutar menunggu detik detik bel pulang berbunyi, ini penantian Cara kesekian kalinya pada hari ini hingga Arka berdecak melihat tingkah Cara.
"Itu jam ga akan hilang kalaupun lo ga pandangin terus." Kata Arka datar
"Diem." Desis Cara tanpa mengalihkan atensinya pada jam dinding dikelasnya.