Aku merasakan hpku bergetar menandakan ada panggilan.
“Kak Ara?” gumamku
“Assalamualaikum, ada apa kak?”
“waalaikumussalam, hiks hiks hiks Dhir? Kamu bisa pulang sekarang kan? Ibu sakit, tadi ibu kepalanya pusing, tiba-tiba muntah, dan tidak sadarkan diri”
“astaghfirullah hiks hiks hiks. Aku segera kesana kak”
“iya iya, kamu langsung ke rumah sakit aja” kata kak Ara diseberang sana
“iya kak, tunggu Dhira ya” kataku.
Setelah sambungan terputus, aku pun segera mengemasi barangku untuk menuju rumah sakit.
“Dhir, siapa yang sakit?” tanya Randi
“Ibu Ran, ibu sakit dia lagi dirumah sakit” kataku terisak
“kamu yang sabar yah, aku yakin ibu akan baik-baik. Yaudah ayo aku anter” ajak Randi
“nggak usah Ran, aku sendiri aja. Lagian sekarang belum waktunya pulang.” Tolakku
“Gak apa-apa Dhir. Aku itu pacar kamu, apa gunanya aku kalau kamu lagi butuh bantuan gini dan aku gak bantu”jelas Randika
“nggak kok Ran, aku bisa kok sendiri”
“nggak Dhir, aku harus anterin kamu”
“iya deh gak apa-apa. Ayo”