“Dhir, aku kecelakaan” kata Randi terbata dalam telpon
“Ran, kamu jangan becanda aku mohon jangan becanda. Kamu diamana? Aku kesana ya”kataku dengan nada khawatir
“gak tau ini dimana,aku gak kuat Dhir” kata Randi terbata
“Aku harus gimana? Aku takut Ran, kamu bertahan ya. Aku mohon kamu bertahan aku bakal cari kamu”
“Iya Dhir, tapi gak usah aku ada dibelakang kamu” kata Randi.
Aku kaget dan segera berbalik. Ternyata dia benar-benar disana merentangkan tangannya dengan senyum lebar kepadaku, aku melihat buket besar berada ditangan kanannya. Karena ada rasa bahagia,takut dan kesal, aku tersenyum juga menangis lalu berlari ke arahnya dan memeluknya.
“kamu bohongin aku. Aku takut Ran, kamu jahat udah buat aku khawatir”kataku terisak dengan memukul dadanya
“sakit Dhir, jangan dipukul, kalau aku sekarat gara-gara pukulan kamu gimana?”godanya
“iiiihhh aku kesel sumpah. Rasain nih rasainn”teriakku padanya lalu menjewer telinganya
“aaahhh sakit Dhir, ampun ampun” katanya.
Namun aku segera menghentikan aksiku karena dia segera memelukku
“Dhir, aku rindu. Biar kayak gini sebentar”katanya, Randi mengeratkan pelukannya dan mencium keningku.
“Aku juga rindu. Rindu banget malah”kataku
“yaudah yuk kita jalan. Kamu mau kemana? Udah makan belum?”tanya Randi
“kemana aja deh yang penting sama kamu”kataku dengan cengiran
“Huuuuu dasar, baru ditinggal udah mulai pinter ngegombal”kata Randi,lalu mencubit pipiku gemas
“iiiissssshhh, pipi aku makin tembem nanti kalau dicubit gini”kataku kesal
“gak apapa Dhir, biar aku makin cinta”katanya