Ketika pria bergelar ayah bertindak. Kita tidak dapat menghindar selain mematuhinya.
.
.
.
Arsena menatap kedua remaja yang sedang jatuh cinta itu dengan jenuh. Sedari tadi ia mengawasi mereka. Ia bingung apa yang mereka bicarakan dari tadi hingga betah duduk berjam-jam di cafenya. Padahal dirinya saja sudah pegal duduk terlalu lama disini. Punggungnya terasa ngilu, ia ingin rebahan.
Baru saja Arsena ingin ke kamar mandi untuk mencuci mukanya agar tidak mengantuk. Afiqah sudah bangkit dan berdiri berdampingan dengan Andreas keluar. Sambil mengumpat kesal, Arsena mengikuti ke dua orang itu. Ia merasa seperti kurang kerjaan. Andai saja ia tidak menyukai gadis itu mana sudi ia melakukan ini.
"Makasih ya buat hari ini. Aku seneng banget bisa jalan sama kamu." Ucap Afiqah dengan senyum manis yang mengembang di mulutnya.
"Sama-sama. Lain kali aku mau ngajak kamu jalan-jalan mau tidak?" Afiqah mengangguk dengan semangat.
"Kita ke kebun teh atau ngak ke air terjun." Lanjut Andreas.
"Mau banget Afiqah belum pernah kesana." Afiqah menanggapi dengan semangat.
Arsena yang kebetulan pura-pura sedang menyalakan motornya di samping mereka hanya tersenyum miris. Apalagi melihat tangan pria itu dengan kurang ajar menyentuh kepala Afiqah membuatnya ingin mematahkannya. Arsena berdehem mengagetkan mereka. Hal itu membuat Andreas menjauhkan tangannya dari Afiqah. Andreas merasa sungkan dengan pria asing yang menatapnya tajam seakan ingin membunuhnya.
"Kalau begitu aku pulang dulu." Pamit Andreas sambil memakai helm. Afiqah tersenyum mendengarnya.
"Hati-hati nanti chat aku kalau udah sampe." Afiqah melambaikan tangannya mengiringi ke pergian Andreas.
Afiqah melangkah menuju motornya. Arsena berdehem di belakang Afiqah yang melupakan kehadirannya. Sontak gadis itu berjengit kaget sambil menatap Arsena sebal.
"Apaan sih!!"
"Ckckck.. kamu ini ngobrol sampai tidak tahu waktu."
"Biarin!!"
"Kadang saya bingung dengan apa yang kalian bicarakan lebih dari 4 jam. Sekarang lihat sudah pukul 10 malam lebih. Dan kalian mengobrol sampai lupa waktu sholat isya."
"Berisik!! Bapakkan bukan siapa-siapa saya. Ayah bukan? Pacar bukan? Suami juga bukan? Jadi bapak tidak berhak untuk melarang saya." Seru Afiqah berdecak kesal.
Arsena terkekeh mendengarnya. "Sekarang saya bukan siapa-siapa, tapi nanti saya akan jadi orang yang paling berharga di hidupmu."
"Bapak gila ya! Tau ah gelap!!"
"Kita mampir sholat dulu baru pulang. Saya akan mengikutimu dari belakang." Afiqah menggerutu mengikuti apa yang Arsena ucapkan sambil membelakangi Arsena.