"Minggir ya bapak ibu. Tolong beri jalan kepada tim medis yang akan mengangkut jenazah Pak Sugiono," ucap salah seorang personel TNI sambil memandu tim medis menghampiri jenazah Sugiono, membuka jalan diantara kerumunan orang-orang.
Garis polisi atau Police Line mulai terpasang di sekitar tempat kejadian perkara atau TKP. Beberapa polisi juga tampak sibuk memeriksa kondisi TKP, menelusuri jejak penyebab kematian Sugiono yang mendadak.
Beberapa petugas kepolisian yang ada di TKP terbagi dalam tugas masing-masing.
Ada yang sibuk menandai gelas berisi susu yang sempat digunakan oleh Sugiono. Ada yang bertugas mengambil sampel air susu putih yang masih tersisa 100 ml dan menyimpannya dalam wadah penyimpanan.
Ada yang bertugas mengambil serpihan-serpihan benda di sekitar dan memasukkannya dalam plastik penyimpanan. Ada yang menelpon keluarga korban.
Ada juga yang berdiskusi dengan personel keamanan dan perwakilan Pemerintah Kabupaten Lampung Tenggara untuk langkah selanjutnya.
Di luar gedung Balai Serbaguna Pahoman, para wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik mulai berdatangan untuk menggali informasi. Begitupun dengan masyarakat sekitar yang menjadikan keramaian di Balai tersebut sebagai pusat perhatian.
4 orang petugas medis dari Rumah Sakit Lampung Kita mendatangi jenazah Sugiono yang masih terbaring di lantai, dalam kondisi mengenaskan, bukan mengesankan.
"Kita bagi tugas ya. Kalian berdua di atas badannya, kami pegang kakinya," ucap salah seorang dari 4 orang itu.
"Baik, Pak."
Mereka memakai APD lengkap beserta sarung tangan tertutup. Sementara itu, aparat keamanan yang terdiri unsur Polri dan TNI, serta Hansip turut berpartisipasi mengamankan situasi sekitar dan memperlancar upaya yang dilakukan tim medis.
Setelah jenazah Sugiono dibungkus oleh plastik hitam untuk menghindari masuknya sidik jari dan mencegah hal yang tidak diinginkan, jenazah dipindahkan ke atas tandu.
"Oke siap ya semua ?"
"Siap,"
"Sekarang kita angkat tubuh jenazah ke tandu. Oke ya ?"
"Oke..,"
"1...2....3..yak angkat !"