"Bahkan ketika kamu sudah dimiliki oleh seseorang, sama sekali nggak merubah perasaan aku untuk tetap bertahan."
-Hera Alagna-
|~•~•~•~•~|
"Silakan masuk, Arshel."
Layaknya seorang pangeran yang tengah disambut hangat oleh para prajurit dan permaisurinya, sosok laki-laki tinggi dengan tangan kanan menyaku pada saku celana seragam sembari tersenyum tipis dikala tunduk, memasuki kelas dengan santai, percaya diri, dan terlihat begitu berkharisma.
Gaya rambut two block, bibir peach tipis, sorot mata hitam tegas serta sedikit bekas goresan kecil di pinggir keningnya yang untunglah tertutup poni rambut. Tubuhnya ... Seperti laki-laki normal kebanyakan, hanya saja tingginya sedikit melebihi tinggi laki-laki normal, namun masih wajar. Mungkin, dibandingkan dengan Hera, kira-kira Hera hanya sebatas bahu laki-laki itu.
Semua orang ternganga kaget apalagi dengan gadis-gadis di sana, mereka benar-benar seperti mendapati seorang pangeran tampan di hadapannya. Saat laki-laki itu mendongak dengan senyuman ramah, serentak para gadis semakin melebarkan mulut kemudian tersenyum gembira seperti baru pertama kali menemui sebuah kebahagiaan.
Terkecuali dengan Hera. Ia ternganga, bukan, bukan karena ia sepemikiran dengan teman-temannya, hanya saja ... Ia tidak percaya harus mengatakan ini.
"T-Tuannya Jung ..." Lirih Hera begitu khawatir. Benar, laki-laki itu adalah seorang yang Hera kenal sebagai tuan pemilik Jung serta seorang pujaan hati yang sekarang sedikit membuatnya risih, tidak disangka entah kebetulan atau tidak, namun ia sungguh tidak dapat mempercayai ini. Perasaannya tengah campur aduk antara senang atau harus bersedih. Ia bisa saja bersorak-sorai dalam hati karena pada akhirnya bisa memandang laki-laki itu bahkan sedekat nadi, tapi, disisi lain hatinya bisa sekarat jika terus-menerus menemui laki-laki itu.
Laki-laki itu tetap tersenyum dengan ramah sembari memandang semua orang yang ada di sana termasuk Hera. Untunglah ia berlagak layaknya belum mengenal siapapun. "Emm ... Kenalin gue Arshel Sadewa, bisa dipanggil Arshel, gue pindahan dari SMA Bumi Pertiwi 13."
"Baik, ada yang ingin bertanya-tanya terlebih dahulu sebelum Arshel duduk?" pinta Pak Richo.
Tunggu sebentar ...
Apa! Kalau orang baru itu adalah tuannya Jung, itu berarti tempat duduk di samping Hera ... Arshel? Ayolah, Hera harap ia hanya bermimpi. Dan jika benar nyata, bagaimana ia harus menanggapi kenyataan ini? Bagaimana jika seorang Arshel itu tidak suka padanya sebagai seorang teman sebangku? Ah, disaat mendesak seperti ini sikap overthinking-nya selalu tak mau mengalah.
"Nggak mungkin! Nggak mungkin! Nggak mungkin!"
Salah seorang gadis mengacungkan tangan begitu antusias kemudian diangguki oleh Pak Richo. "Udah punya pacar?"
Laki-laki yang baru saja diketahui namanya Arshel itu, ia sedikit terkejut kemudian lebih melebarkan senyum agar suasana di sekitarnya tidak terlalu canggung. Ia mengangguk pelan sebagai sebuah jawaban, dan sontak para gadis terkejut, bukan anggukan itu yang mereka inginkan, bahkan ada yang sempat memamerkan ekspresi sedihnya seketika, seakan dinding harapan mereka roboh hanya karena mendapat sentilan dari sebuah anggukan.
DEG!
Hera benar-benar tidak mau munafik. Serentak hati dan pikirannya seakan remuk dan riuh. Di dalam sana seperti tengah terjadi sebuah peperangan besar antara ego dan perasaannya. Melihat anggukan itu, tentu saja ia tidak menyangka kenyataan pahit seperti ini akan terjadi, bahkan mungkin sama sekali tak terpikirkan. Jadi ... Arshel sudah mempunyai seorang pasangan. Entahlah, hatinya sungguh remuk pagi ini.
"Ternyata, aku udah suka sama orang yang udah punya pacar ...."
"Miris." Hera menunduk, pikirannya beranjak untuk tidak memperdalam sebuah kesedihan, ia alihkan perhatian dengan fokus pada buku pelajaran di depannya. Yah, walau hal itu sama sekali tidak berpengaruh.
Kini giliran Sukma, sebagai seorang ketua kelas, ia pantas untuk menanyakan pertanyaan ini. Sukma mengacungkan tangan sembari tersenyum ke arah Arshel kemudian bertanya, "Kenapa pindah sekolah?"