"Gue nggak akan bisa lama buat benci sama orang, tapi, nggak tahu kenapa selalu lama lupain kesalahan mereka."
-Arshel Sadhewa-
|~•~•~•~•~|
CKLEK
Hera keluar dari kamar mandi sembari membungkus rambut dengan handuk setelah selesai melangsungkan kegiatan keramas. Ia berjalan menuju kamar tidur dengan santai namun, sebelum itu ia harus mampir ke dapur untuk mengambil air minum yang sekarang tengah berada di tangan kanannya.
CKLEK
Ia mengambil handphone-nya di atas nakas, duduk di atas ranjang kemudian mulai membuka pesan chat. Sepi, seperti biasa. Sudahlah, membuka layar handphone hanya akan menambah kebosanannya saja. Hera menaruh handphone-nya kembali ke atas nakas lalu segera minum karena sedari tadi ia benar-benar hanya dapat menahan haus saat di kamar mandi, mana mungkin akan meminum air bak mandi juga, kan?
Hera berjalan menghampiri jendela yang posisinya tepat menghadap jalanan. Bahkan suasana diluar juga sepi. Sepertinya malam ini ia akan tidur lebih cepat.
"Yang namanya sepi juga ngebosenin ...."
Spontan mata Hera menyipit ketika melihat ada seseorang tengah duduk di atas teras beton rumah. Kemudian ia mengernyit saat tahu kalau orang itu seperti menunggu sesuatu dari dalam rumahnya. Pikiran Hera sontak penuh dengan terka-an buruk.
Hera segera mengudarkan gulungan handuk itu tanpa peduli sebagaimana berantakan rambutnya saat ini. Ia berjalan cepat keluar dari kamar tidur kemudian berhenti tepat di depan pintu utama. Entah kenapa ada sedikit keraguan untuknya membuka pintu itu.
Ngeong!
Hera kembali mengernyit. Ia seperti mendengar sebuah ngeong-an dari depan pintu utama, arahnya dari luar. Ia mendekatkan telinga ke arah pintu, mendengar dalam-dalam suara tersebut.
Ngeong!
Benar. Telinganya masih sangat normal jika harus mengingat suara ngeong-an siapa itu.
"Jung." Kucing kecil itu kembali datang.
Impulsif Hera membuka pintu ketika tahu memang Jung yang berada di atas lap kaki depan rumahnya. Tatapan Hera beralih pada seseorang di depan pagar rumah, seorang laki-laki dengan postur tubuh bahkan gaya rambut yang sangat ia kenal. Spontan Hera menanap ketakutan saat laki-laki itu berdiri, kemudian memutar badan menatap sekeliling rumah.
"A i-itu ... Aku lupa soal di taman."
Beberapa detik kemudian ia tersadar bahwa dugaannya benar. Arshel. Laki-laki tampan itu lagi-lagi melakukan hal aneh di depan Hera.
Arshel belum sempat menyadari bahwa di sana terdapat Hera yang juga tengah berdiri, di ambang pintu sembari memandangnya dengan tatapan kosong. Ia hanya sibuk mencari kemana kucing kesayangan itu pergi. Arshel melihat Jung sedang masuk ke dalam rumah di depannya ini sampai pada akhirnya—
"H-Hera," kaget Arshel sedikit lirih. Pandangan Arshel seketika ikut menanap. Kini mereka berdua saling beradu pandang namun tidak dapat diketahui apa maksud dan tujuan dari tatapan mereka itu. "Kok ...."
Hera menunduk menatap Jung masih dengan ekspresi terkejut.
"Haciuuuh!"
Sial. Hera lupa akan alerginya. Ia menutup hidung sembari memundurkan langkah, tatapannya beralih memperhatikan Arshel yang kini tengah mengernyit bingung melihat tingkah aneh Hera.
"Gimana ini ..." Gumam Hera tak kalah panik. Ia tahu Arshel berada di sini bermaksud untuk mengambil Jung, dan begitu juga dengan Hera yang ingin segera membawa Jung kembali ke tuannya, namun sayang ia tidak akan dapat melakukan itu. Sepertinya Jung ingin bermain di rumahnya lagi, tapi sekarang tampaknya Arshel sedang tak mengizinkan Jung pergi dan sebagai seekor kucing, tentu Jung tak akan menghiraukan.