ARSHERA

Ayu Setya Rini
Chapter #31

BAGIAN KETIGAPULUH

Minggu, 08.46

Drrt Drtt

Drrt Drrt

"Nghh." Arshel berusaha membuka kelopak mata sekuat tenaga. Rasa kantuk masih saja memberatkan. Ia menggerayangi handphone yang bergetar di bawah bantal sambil menggeliat malas. Dapat. Arshel segera membuka layar handphone sembari terus mengucek sebelah matanya.

Ia terbelalak ketika melihat sudah ada tujuh panggilan yang sempat ia abaikan, dari Hera. Ia menghela napas gusar saat mengingat kalau hari ini Arshel sedang ada janji dengan gadis itu. Arshel hanya sebal karena hari minggunya kali ini tak lagi dapat ia gunakan untuk bermalas-malasan. Entahlah, kebiasaan semua laki-laki seperti itu atau tidak namun, Arshel ini memang malas sekali dengan yang namanya membersihkan rumah.

Arshel bangkit dari ranjang, melihat jam dinding di depannya kemudian menghela napas lagi. Tangan kanan Arshel beranjak membuka layar handphone kembali kemudian mulai mengetikkan sebuah pesan.

Selesai. Ia berdiri sembari menguap, menapakkan kakinya menuju kamar mandi tanpa memiliki niat yang kuat untuk mandi, siapa sih yang mau mandi di hari minggu apalagi masih pagi? Paling juga seperti Arshel, saat hendak keluar saja. Terpaksa Arshel harus melawan segala macam kemalasan demi bertemu Zia nantinya.

"Demi Zia."

***

Setelah Arshel selesai memberi Hera pesan, gadis itu segera beranjak dari ranjangnya, mandi, berdandan, dan sekarang hanya tinggal menunggu Arshel menjemput. Kali ini Hera putuskan untuk hanya memakai celana jeans dan sweater, yah, Hera tetap tidak mau membuang sepanjang waktunya hanya untuk merias diri saja. Pakaian yang simpel bagi Hera akan memberi kesan lebih terbuka dan menyenangkan.

Tok Tok Tok

"Hera!" Panggil seseorang dari luar rumah. Terdengar seperti suara Arshel dan sontak membuat Hera mendongak melihat keluar jendela.

Setelah mengetahui di sana sudah terparkir sebuah motor ninja warna merah yang diketahui pemiliknya adalah Arshel, Hera segera mengambil tas kecil di atas meja belajar, kemudian memakainya lalu pergi keluar kamar.

CKLEK-Pintu utama dibuka.

Pintu utama itu terbuka dari dalam dan lagi-lagi Hera harus terkejut karena di depannya sudah terdapat seorang Arshel yang kini tengah tersenyum lebar padanya. Hera hanya membalas dengan tersenyum tipis dan lambaian tangan.

"Mau berangkat sekarang?" Tanya Hera memecah suasana.

"Boleh, tapi ...." Arshel melunturkan senyum. "Gue agak nggak siap."

"Gimana sih, Arshel, kamu harus bisa dong," tampik Hera dengan nada memelas.

Arshel masih tetap terbungkam.

"Udah, ada aku, semuanya akan baik-baik aja, apapun yang terjadi nanti ... anggap itu adalah yang terbaik," tampik Hera segera. Ia menutup pintu utama, mengunci, menyimpan kunci itu ke dalam tas kecilnya lalu berbalik menghadap Arshel sembari tersenyum lebar.

Hera mengelus bahu Arshel yang kini tengah menunjukkan ekspresi sedih kembali. Hera tak pernah melunturkan senyumnya di saat seperti ini, ya walaupun sedikit memaksakan diri.

"Kamu harus tersenyum di depan Zia, jangan pernah buat dia sedih ketika dia sendiri pengen lihat wajah pacarnya yang selalu bahagia."

***

Lihat selengkapnya