"Itu ya Sukma?"
"Wah, cewek itu, ya?"
"Gila! Dia emang ngga tahu malu!"
"Astaga ... Padahal dia cantik."
Hari yang menyenangkan untuk Sukma, sebab semua orang tak ada yang menyapa dengan senyum ramah tamahnya lagi, sama sekali. Setiap orang yang tengah dilewati oleh Sukma, seketika saja mereka membicarakannya, hal itu membuat Sukma benar-benar merasa tidak berguna, tetapi bagaimana lagi, apa yang mereka katakan juga tidak salah. Ia tetap berjalan lurus ke depan saat hendak melewati kelas-kelas yang kini sedang ramai orang-orang di luar, Sukma mengeratkan tasnya, kemudian berjalan sembari menunduk. Semua orang yang ada di sana tak tanggung-tanggung melayungkan tatapan sinisnya, menyindir, mencela, yah, seperti itulah sikap mereka saat mengetahui ada salah satu saja hal buruk di sekolahnya.
"Hari ini bakalan jadi paling buruk ...."
GREPP
Seseorang tiba-tiba menggenggam tangan kanan Sukma, dan sontak membuat gadis itu mendongak, beberapa detik kemudian ia betul-betul dikejutkan dengan adanya seorang Danu di sampingnya, mengeratkan tas yang hanya di kaitkan pada punggung kanannya, menatap lurus tanpa menoleh sedikitpun bahkan ke arah Sukma.
"Gue kira lo udah muak ketemu gue," gumam Sukma benar-benar malu.
"Emang gue pernah bilang kalau gue seneng ketemu lo?" Tampik Danu tak acuh.
Gadis itu menunduk kembali, lalu berpikir ... Untuk apa genggaman ini? Apa gunanya Danu melakukan ini? Sukma sungguh merasa khawatir, namun di sisi lain, semua orang yang ada di sekitarnya tidak lagi terdengar riuh akan sindiran atau celaan, mungkin karena adanya Danu di sini.
"Danu ... Tapi kenapa ...?"
Sampai di depan kelas Sukma, Danu segera melepas genggaman itu, lalu mereka pun berhenti di depan tembok kelas. Danu menatap dingin ke arah Sukma yang kini hanya menunduk saja tanpa mau melakukan sesuatu. Laki-laki dingin itu melangkah menuju Sukma, namun segera terhenti ketika Sukma malah menjauhinya.
"Lihat gue," titah Danu segera.
Sedangkan Sukma, ia malah lebih merundukkan kepalanya dengan beribu ketakutan yang mendalam, sama sekali tidak ingin mendongak menatap kedua mata elang itu.
"Sukma, lihat gue." Sekali lagi Danu mencoba memerintah. Dan parahnya gadis itu tetap saja menunduk, hal itu membuat Danu benar-benar geram. Segera, ia mendongakkan dagu Sukma agar mau menatapnya. Tatapan Sukma benar-benar terasa sayu dan menyedihkan. Ia melepas tangannya setelah Sukma mau mendongak.
"Gue bakalan lebih benci sama lo ... Kalau lo nggak mau berubah," cetus Danu tanpa pikir panjang.
Manik mata Sukma terlihat bergetar menandakan ketakutan itu semakin menghujamnya. Ia betul-betul tidak tahan ketika harus menatap Danu seperti ini.
"Lo juga ngelakuin hal yang sama, kenapa cuman gue yang harus berubah?" Tampik Sukma.
Danu menghela napas berat. Ia menunduk beberapa saat, kemudian mendongak, mengunci tatap Sukma ketika baru saja memikirkan sebuah alasan. "Lo pantas ngedapetin yang lebih baik dari diri lo yang sekarang, dan gue ... Gue akan tetap seperti ini dengan prinsip yang beda."
"Beda?" Sukma mengernyit bingung.
"Iya," balas Arshel sembari mengangguk. "Karena gue juga bukan anak-anak lagi ... Mana mungkin gue mau main-main sama orang-orang yang nggak bersalah cuma demi ngelampiasin emosi gue doang. Masa depan gue jauh lebih penting."
Sukma kembali menunduk, jadi begitu.
"Jadi setelah ini ...." Sukma kembali mendongak dengan tatapan sendunya. "Gue ngga bisa lagi suka sama lo?"
"Gue nggak pernah bilang gitu," tampik Danu segera. "Suka sama siapapun itu hak lo, dan gue cuman bilang lo harus berubah, semua ulah lo selama ini ... Karena lo cemburu, 'kan?"
"E-enggak, kok, gue cuman—"
"Gue cuman iseng pengen buat orang marah ... Itu alasan lo, kan?" Danu segera menampik, begitu pula dengan Sukma yang malah makin kelihatan gugup. "Saat lo nglakuin hal bodoh lo itu, alasannya tetap sama sampai gue hafal diluar kepala."
Sukma seketika menunduk bersama kedua pipi meronanya. Ia ingin tersenyum sedikit namun enggan karena itu tidak mungkin, seharusnya ia kecewa. Kenapa harus membahasnya lagi, sih? Oh, ayolah, kenapa juga suasananya malah menjadi se-canggung ini. Ia benar-benar malu.
"Lo masih cinta sama gue?" Tanya Danu tak berpikir lama lagi.