Belum ada kata libur panjang selama menduduki kelas 11 IPA 2 di semester genap ini. Aiza masih terus menerus dihantui oleh setiap tugas dan anak cucu cicitnya di setiap hari. Begitu juga dengan yang lainnya.
Jika dulu Aiza belajar giat untuk mendapatkan peringkat 10 besar, maka sekarang ia tidak begitu memperdulikan hal itu. Abah dan Mamanya tidak pernah memaksa atau bahkan meminta dirinya untuk selalu mendapatkan peringkat.
Asalkan ia tidak pernah bolos dan terus mengerjakan tugas, maka seluruh keinginannya bisa dikabulkan.
“Semua tugasnya sudah selesai?” tanya Abah yang saat ini sedang menghampiri putri sulungnya.
“Sudah, Bah,” jawabnya sembari membereskan meja belajar miliknya.
“Sekarang istirahat, besok kakak harus sekolah,”
Bagi Abah, Aiza adalah segalanya. Meskipun Abah mempunyai 2 anak lagi yang tidak lain adalah adik-adik perempuan Aiza, bisa dikatakan Abah cenderung lebih dekat dengan Aiza. Orang-orang mengatakan kalau Aiza adalah anak manja. Bisa saja.
Itu semua dikarenakan sedari kecil Aiza lebih lengket ke Abah ketimbang kepada Mama. Terlebih lagi kesehatan Aiza yang tidak seperti orang lain; yang mana Aiza selalu diopname dirumah sakit, membuat Abah tidak bisa melepaskan anak sulungnya itu.
“Kakak belum ngantuk—Kakak boleh nanya sama Abah?”
“Nanya apa sayang?”