Arsya

Nurul faizah
Chapter #10

09. Matahari dan Bulan

Aiza pernah mendengar sebuah cerita klasik, jauh sebelum bumi diciptakan, tidak ada yang namanya kehidupan diantara langit dan bumi ini.

Gersang. Kosong. Hampa.

Hingga pada akhirnya Matahari dan Bulan diciptakan untuk menjadi penerang diantara seluruh alam semesta ini. Sebelum kehidupan lainnya diciptakan, Matahari dan Bulan dipisahkan. Semulanya mereka bertemu, namun setelah itu untuk melihat bayangnya saja, mereka tidak bisa.

Layaknya manusia yang diciptakan, mereka juga mempunyai perasaan. Namun tidak ada yang tahu. Matahari yang selalu menerangi kehidupan manusia disaat pagi hari hingga sebelum ia kembali ke rumahnya, menjatuhkan hati pada sosok lembut sang Bulan yang selalu menemani bintang-bintang ketika malam hari tiba.

Ia tahu meskipun cintanya kepada sang Bulan tak wajar karena mereka tidak bisa saling bertemu, paling tidak ia merasa aman dan bahagia ketika mengetahui kabar pujaan hatinya itu melalui orang lain.

Ketika Aiza kembali mengingat kisah klasik tersebut, ia menyadari bahwasanya semua sudah ada ketentuannya. Ia menyibak gorden jendela, lantas memandangi sosok Matahari yang memang sangat bersinar terang kala siang itu.

“Ternyata jadi seorang matahari itu gak enak ya,” ucap perempuan itu sembari menopang dagunya. “Mencintai seseorang secara diem-diem. Bingung mau dibilang sebagai pacar atau sekedar pujaan hati,”

Ia dan Arsya ibarat Matahari yang mencintai sang Bulan. Aiza tahu, bahkan sudah sangat siap dengan konsekuensinya jika kelak ia mungkin akan jauh dari lelaki itu. Tetapi di satu titik terdalamnya, ia masih berharap untuk bisa mendapatkan hati lelaki itu secara utuh.

Apakah ia boleh egois?

***

Aiza membuka ponselnya, lalu meluncur ke aplikasi Instagram yang sering ia buka. Jemarinya lihai menggeser layar ponsel tersebut sehingga muncul lah akun yang bertuliskan Arsyazi_Abraham.

Lihat selengkapnya