Semenjak Aiza menjadi siswi kelas 12 IPA 6, ia lebih sering menikmati jam istirahat di kantin ketimbang di warung serba ada. Ini semua dikarenakan ulah Nindi dan teman-temannya yang lain. Mereka bilang Aiza harus beradaptasi dengan hal hal yang baru.
Dan Aiza sedikit setuju.
Meskipun ia tidak bertemu dengan Arsya di kantin, Aiza merasa tidak masalah walaupun sebenarnya ia sangat ingin bisa sekantin dengan laki-laki yang cuek itu. Tapi tidak apa-apa, toh ia masih bisa bertemu didalam kelas.
“Aiza mau pesan apa?” tanya Nindi yang sudah siaga satu alias perempuan itu yang menjadi tameng Aiza untuk memesan makanan. Karena Aiza yang memang agak pemalu.
“Soto aja, Nin. Gak usah pake nasi ya bilang sama ibuk,”
Nindi mengacungkan jempolnya lantas menghilang. Dan Aiza sudah terbiasa dengan kelakuan teman sebangkunya itu. Perihal kantin, kantin ini memiliki 7 cabang yang berbeda. Beda cabang kantin beda juga penjual dan apa yang dijual oleh mereka. Kantin ini terletak dibelakang kelas IPS. Sebenarnya masih banyak kantin lainnya, namun letaknya yang berada di sekitar area kelas 10 IPA dan IPS membuat para senior alias siswa-siswi kelas 12 memilih untuk menikmati jam istirahat di 7 kantin ini.
Dan kantin yang Aiza tempati sekarang berada di urutan ke 5, yang mana ini merupakan favoritnya. Kantin ini menyediakan soto, mie ayam seperti keinginan Aiza. Sedangkan kantin untuk para kumpulan lelaki yang katanya geng seperti itu berada di urutan ke 6. Tepat sekali, disamping kantin Aiza.
Tak heran jika memang hiruk pikuk, terlebih lagi Willi berada disana. Namun, ketika sudah melihat Aiza masuk ke kantin nomor 5, tentunya lelaki itu bergegas meninggalkan teman-temannya. Dan memilih untuk menghampiri Aiza.
“Bestie, mana Meilin gue?” tanya Faziro yang baru saja tiba di kantin.
Aiza hanya menunjuk tanpa bersuara. Karena ia tahu, suaranya akan kalah jauh dengan suara hiruk pikuk dari kantin sebelah.
“Leon mau pesan apa?! Buruan ih!” tanya Janeta yang berada disamping Nindi.
“Mie ayam aja, minumnya samain kayak punya lo,”
Nindi yang terlihat membawa 2 mangkuk soto lantas menghampiri Aiza, namun ia memilih untuk duduk bersebrangan dengan perempuan itu ketimbang disampingnya yang kosong.
Aiza mengernyitkan dahinya, “Ngapain disitu? Kan samping aku kosong,”
“Liat kantin nomor 6 coba,”
Aiza menoleh lantas mulai mendengar riuh pikuk yang membawa-bawa namanya. Sepertinya ini akan kembali dimulai.
“Mau kemana bos? Sini aja kenapa deh,”
“Ke sebelah dulu, biasa lah,”
“Bucin banget anjing. Sini aja dah,”
“Emang mau kemana dia? Akhir-akhir ini suka banget ke kantin sebelah,”
“Gue ke Aiza dulu ya friends, gak usah iri deh,” seru Willi yang Aiza lihat sudah meninggalkan kantin nomor 6 tersebut.