Arsya

Nurul faizah
Chapter #16

15. Ruang Kesehatan

Pertengahan semester pertama ini memang banyak lika-liku yang terjadi. Salah satu contohnya adalah ulangan mendadak entah itu di jam mata pelajaran matematika maupun kimia. Contoh lainnya adalah ternyata Faziro dan Meilin terlibat cinta lokasi sehingga membuat mereka akhirnya menjadi teman sebangku untuk beberapa saat.

Janeta? Perempuan itu tentu saja pindah posisi ke belakang. Namun ia sangat bersemangat karena ia lah yang menjadi mak comblang di antara dua insan tersebut.

“Jan, kenapa lo gak nyoba deket sama Leon?” tanya Faziro tiba-tiba saja.

“Lo mau gue geplak pake buku Kimia?” tanya Janeta kembali.

Faziro mengerucutkan bibirnya, “Idih sensi banget bos,”

Perihal Aiza, semenjak kejadian dimana Arsya meminta nomor ponselnya, mereka terlihat mulai akrab. Itu adalah hal yang bagus mengingat Aiza tidak secanggung yang dulu, bahkan mereka sempat beberapa kali bertukar kabar dan cerita melalui aplikasi whatsapp. Ataupun duduk berdua sembari membicarakan hal-hal yang diluar nalar.

“Aku mau cerita deh,” seru Aiza waktu itu.

“Cerita apa? Kayaknya seru banget,” tanya Arsya yang baru saja duduk di samping Aiza.

“Semalem aku nonton Finding Nemo, kenapa ya Nemo bentukannya kayak gitu? Kenapa gak putih aja warnanya?”

Arsya tentu saja tertawa mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Aiza, “Iya juga ya kenapa gak putih aja warnanya. Tapi Za, warna jingga juga bagus tau. Kalo putih aja nanti dia ketabrak ikan lain,”

“Ih bener banget!”

Terkadang juga Arsya lebih memilih untuk menghampiri Aiza yang suka membaca novel di perpustakaan ketimbang bermain futsal bersama teman-temannya. Aiza tidak mengambil pusing, karena yang ia tahu Arsya pasti hanya menganggap Aiza teman ceritanya.

“Gue gak ngeliat Willi hari ini,” tukas Leon saat menduduki kursi panjang yang berada didepan kelas mereka.

“Bukannya kelas 12 IPA 3 lagi sibuk banget ya sekarang? Soalnya kan guru mereka lebih killer ketimbang kita,” ucap Faziro yang asik menikmati eskrim coklat miliknya.

Leon menoleh kearah Arsya yang baru saja ikut nimbrung b ersama mereka, “Dari mana?”

“Nganterin buku ke kelas IPA 3, gila banget mereka dipush habis-habisan sama Buk Wina,”

“Tuh kan bener omongan gue,” ucap Faziro.

“Tadi ngeliat Willi gak?” tanya Leon langsung.

“Lo mah Willi mulu anjir, kenapa sih?”

“Diem dulu,” Leon menyentil dahi Faziro.

Arsya mengernyitkan dahinya, “Tadi anaknya ada sih. Lagi ngerjain tugas bareng Dion kalo gak salah. Kenapa?”

“Mau ngabarin kalo Aiza di ruang kesehatan. Kayaknya lagi datang bulan soalnya tadi sakit perut terus dia pingsan waktu lo lagi ke perpustakaan,”

“Lah iya, gue lupa ngabarin Willi,” dumel Faziro.

Lagi. Arsya mengernyutkan dahinya. Kali ini raut wajahnya berubah serius.

“Kenapa ngabarin ke Willi?” tanyanya.

Lihat selengkapnya