Tidak ada yang spesial di hari Senin yang mendung dan berawan kali ini. Seperti biasa, mereka yang bersekolah harus mengikuti kegiatan upacara bendera dan setelah itu kembali ke kelas masing-masing. Begitu pula dengan sekolah yang menjadi tempat Aiza menimba ilmu. Untuk hari ini, yang menjadi pembawa upacara bendera adalah kelas 12 IPA 4 yang mana adalah kelas Icha.
Aiza tidak banyak berbicara. Perempuan itu sedang berusaha agar tidak dibawa ke ruang kesehatan dikarenakan tubuhnya yang lemah dan tidak mampu berdiri agak lama. Sesekali ia melirik kearah kelas Willi, ia sedang berpikir apa yang dilakukan oleh Willi ya?
“Lapor! Upacara bendera telah selesai. Pemimpin upacara boleh meninggalkan lapangan,” seru lelaki yang berasal dari kelas 12 IPA 4.
Tampak hampir semuanya menghela nafas lega ketika upacara bendera telah selesai tepat waktu. Biasanya upacara bendera akan memakan waktu yang cukup lama dikarenakan pemimpin upacara yang menyampaikan pidato terlalu panjang.
Entah itu pembahasan perihal prestasi siswa-siswi kelas 10. Atau beberapa siswa kelas 11 terlihat kabur melalui pagar yang tinggi. Dan lain macamnya.
Aiza melangkah masuk ke dalam kelas bersama Nindi, Janeta dan juga Meilin. Keempat insan tersebut langsung menghempaskan tubuh diatas kursi milik mereka. Gerah seakan-akan terus menghantui mereka sehingga 1 botol air minum tidak akan pernah terasa cukup.
“Hari ini Mom Syakila gak masuk,”
“Jadwal ke berapa?” tanya Leon sembari memainkan ponsel miliknya.
“Sekarang,” jawab Aiza. “Ini jadwalnya sampe waktu istirahat kan?”
Mereka mengangguk. Ada perasaan lega dan senang saat mendengar salah satu guru mata pelajaran mereka tidak masuk. Tentunya dikarenakan tugas yang mereka kerjakan tidak begitu diselesaikan karena sedikit membingungkan.
Bagaimana dengan Aiza? ya perempuan itu menyelesaikan tugas dengan sangat baik.
“Pulang sekolah besok, mau gak jalan sama aku?”
Pertanyaan yang ditanyakan oleh lelaki itu masih mengiang-ngiang didalam kepala Aiza. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi. Aiza yakin, bisa saja Arsya bercanda saat menanyakan hal seperti itu. Lagi pula mereka hanya teman.
Tentu saja. Aiza tidak boleh berharap lebih.
Tapi kalau pun nanti Arsya memang betul membuktikan omongannya, sudah pasti Aiza akan menggila saat tiba dirumah.
“Aiza?”
“Ai?”
Aiza tersentak. Lantas menoleh kearah Meilin dan Janeta yang terlihat sedikit cemas. Memangnya kenapa?
“Eh, kenapa?”
“Kamu yang ngapain? Kamu sakit kah?” tanya Meilin seraya menyentuh dahi Aiza. “Tapi gak panas, Jan,”
Aiza tertawa kecil, “Gapapa. Aku gak sakit, guys,” jawabnya.