Hari yang indah untuk menikmati mata pelajaran olahraga. Begitulah yang ada didalam pikiran Aiza saat ini. Sebenarnya, ia tidak terlalu menyukai mata pelajaran tersebut. Namun, dikarenakan hari ini adalah hari dimana ia akhirnya kembali ke sekolah, mau tidak mau ia harus mengakui kalau ia akan menikmati mata pelajaran olahraga.
“Lucu banget kotak pensilnya. Kamu beli dimana, Ai?” itu adalah suara Nara. Ia adalah teman sekelas Aiza.
“Oh, ini dikasih hadiah sama temen,” jelasnya. Aiza menatap lamat-lamat kotak pensil berwarna hijau lumut yang diberikan oleh Arsya beberapa hari lalu.
Katanya sebagai hadiah agar lekas sembuh.
“Pasti temen kamu sayang banget sama kamu,”
Aiza hanya tersenyum. Mustahil lelaki itu ada rasa yang lebih kepadanya.
“Ayok ke lapangan,” kata Aiza berusaha mengalihkan pembicaraan.
Baik Aiza maupun Nara bergegas meninggalkan kelas. Sudah ada Pembina olahraga yang menunggu mereka di lapangan. Katanya, hari ini mereka akan mengambil nilai praktek sepak bola yang mana lelaki atau pun perempuan akan tetap melakukan praktek tersebut.
Aiza tentunya satu tim bersama Janeta, Meilin, Nindi dan Akira. Sisanya tentu saja ada Nara disana. Untuk praktek pertama diawali oleh tim lelaki, setelah itu baru tim perempuan menyusul.
Dan praktek kali ini memang tidak semenyenangkan yang Aiza kira.
“Oke sekarang tim perempuan. Ayok ayok buruan!” seru pembina olahraga yang sedang meniup peluit. Pria itu tentunya sudah memegang absen nilai.
“Aiza kalau nanti capek bilang aja ya, jangan dipaksain,” ujar Nindi.
Akira mengangguk setuju, “Iya, bener. Jangan di push. Soalnya Pak Rahim juga pasti ngerti,”
“Aman kok aman—Itu peluitnya udah ditiup, ayok kita mulai,”
Praktek sepak bola babak kedua telah dimulai. Seperti yang kita ketahui, perempuan tidak akan afdol melakukan sesuatu jika tidak diiringi dengan teriakan. Dan itulah yang terjadi.
Arsya, Leo, dan Faziro duduk dipinggiran lapangan sembari menikmati air dingin yang dibeli oleh Pembina mereka tadi. Sesekali mereka berteriak memberikan semangat kepada tim perempuan. Untuk saat ini tim Aiza sudah mencetak gol sebanyak 2 kali. Sedangkan tim lawannya baru 1 kali.
Semua berjalan lancar hingga 10 menit terakhir. Dari posisi Arsya, tentunya lelaki itu fokus mengamati Aiza yang sudah terlihat letih namun masih dipaksa olehnya. Perempuan itu memang tidak pantang menyerah. Padahal bisa saja ia berlari ke pinggiran lapangan untuk istirahat sejenak.
‘dug’
Memang tidak semenyenangkan yang Aiza kira. Perempuan itu tersungkur ke tanah tepat ketika seseorang berhasil menendang tulang kering kakinya. Harusnya orang-orang tahu kalau ia termasuk anak yang sensitif. Dan tendangan itu berhasil membuat kakinya berdarah—Cukup banyak.