Kassandra merebahkan dirinya di atas tempat tidur dengan nyaman. Namun suara-suara beirisik dari lantai bawah mengusiknya. Penasaran, Kassandra melangkah ke balkon dan menurunkan pandangannya ke halaman rumah.
Tidak ada bodyguard.
Hanya Artemis. Dan samsak-nya.
"Astaga! ini udah jam 10! Waktunya tidur, bodoh!" teriak Kassandra dari atas balkon. Kassandra yakin Artemis mendengarnya. Namun cewek itu mendiaminya. Baguslah, karena masalah keluarga dia jadi lupa sama taruhan, batin Kassandra senang lalu kembali melompat ke tempat tidur dan mulai menyalakan laptop dan mengakses Netflix.
Kassandra mulai larut dengan series yang di tontonnya. Saking fokusnya dengan film, ia tidak sadar Artemis sudah memasuki kamar mandi di dalam kamar Kassandra. Bahkan sampai Artemis usai membasuh dirinya, pandangan Kassandra tak lepas dari layar laptopnya.
"Lo sendiri belum tidur,"
Kassandra terlonjak dan reflek melihat ke samping "malah ngatur-ngatur jam tidur orang," lanjut Artemis sambil duduk di samping Kassandra yang tiduran dengan posisi tengkurap. "jangan gitu tidurnya, nanti nggak bisa napas!" Artemis mengangkat tubuh ringan Kassandra agar duduk bersandar di kepala ranjang, seperti dirinya.
"ngaca deh, sejak awal kita bertemu, lo selalu ngatur-ngatur gue! padahal keluarga gue juga bukan!" Kassandra bersedekap dan cemberut setelah mengataknnya. Ia sudah kehilangan mood dan fokus pada film series yang di tontonnya.
"tapi gue satu-satunya orang yang lo butuhkan,"
Kepala Kassandra kembali terputar cepat, menatap Artemis tajam. Yang di tatap tertawa kencang "mau banget deh lihat kepala lo copot! Ahahahaha! pasti lucu banget! gelinding-gelinding kayak bola!"
Kassandra menatap horror cewek di sebelahnya "Dasar gila!! apa maksud lo tadi?!"
"maksud yang mana?"
"lo satu-satunya---"
Bibir Artemis tersenyum semakin lebar sampai menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi. Jangan lupa dua taring yang sedikit mencuat yang menjadi salah satu faktor membuat Artemis terlihat atraktif.
"karena nggak ada keluarga lain yang mau menerima lo,"
Jawaban Artemis menghentikan sejenak detak jantung yang sempat berhenti. Cewek ini... Bagaimana dia tau segalanya tentang gue?! jerit Kassandra dalam hati.
"lo...! lancang!! ngapain lo cari tau tentang gue hah?!"
"calm babe, gue sama sekali nggak tertarik sama hidup lo, tapi Godfather yang kasih tau gue kalau waktu perjanjian dibuat orang tua lo tuh sempat curhat soal saudara-saudaranya yang nggak pernah membantu kalian,"
"Kenapa ayah lo bocorin privasi orang, hah?!"
"Orang tua lo sendiri yang cerita tentang hal pribadi, sayang,"
Kassandra mengacak rambutnya frustasi. Ada apa sih dengan orang tuanya?! Kenapa mudah percaya sekali dengan orang lain?! Apalagi orang yang menjeratmu dalam lingkaran setan.
"Mereka mempercayakan lo sama De Rucci, karena kami nggak pernah melanggar perjanjian yang di buat," Artemis membalas tatapan penuh amarah Kassandra dengan senyum hangatnya yang jarang Kassandra lihat. "Dan Godfather mempercayakan gue untuk menjaga lo,"
Definitely not true, lanjut Artemis dalam hati, tentu saja.
"Kenapa lo nggak panggil Godfather dengan sebutan 'ayah', umumnya begitu kan,"
Aura ramah Artemis menggelap, ia merebahkan tubuhnya lalu berkata, "lo terlalu banyak nanya 'kenapa', dear"
Kassandra ikut merebahkan tubuhnya, namun ia memunggungi Artemis "dan lo terlalu ikut campur!!"
"Then, sing me to sleep,"
Ah sial, dia ingat, gerutu Kassandra, membatin kesal.
"I sleep, you're free"
***
And she lost.
Kassandra menatap geram layar ponsel yang menampilkan ruang chat nya dengan nomor yang belum di simpannya. Fotonya, tertidur dengan mulut yang terbuka lengkap dengan komentar 'orang yang mengambil fotonya' : IKAN KOI.
Semalam dia memang menyanyi untuk Artemis dan sialnya. Ia lebih dulu mengantuk dan terlelap.
Sialan. Sialan. Umpatnya sejak pagi. Artemis benar-benar tidak main-main, cewek itu bahkan sudah membeli seragam dan buku-buku sekolahnya yang juga akan menjadi sekolah Kassandra.
Dan disinilah Kassandra berada. Terjebak di kamarnya sendiri. Bahkan sarapan dan makan siang di antarkan ke kamarnya. Satu-satunya yang menjadi penyelamat hidupnya hanyalah ponselnya. Kini ia sedang bertukar pesan dengan Ethan. Menanyakan keadaan sekolah dan menu makan siang di kantin.
Ethan :
Lo gbsa keluar bgt nih?
Kassandra :
Gaa, ribet deh d sini
Ethan :
Gw bantu lo keluar
Kassandra :
Hah?? Serius lo ka??
Tidak ada jawaban. Bahkan Kassandra sudah menghubungi Ethan via panggilan lebih dari tiga kali. Tidak juga di angkat.
Semoga Ethan nggak ketemu Eris! Jangan ketemu Artemis juga!! Kassandra terus-terusan berdoa dalam hati. Ia berjalan mondar-mandir di ruang kamar nya dengan cemas.
Berselang lima belas menit, sebuah notifikasi kembali masuk ke ponsel Kassandra.
Ethan :
Rmh lo d jaga ketat bgt
Lo bs ga ke cafe yg ada d seberang perumahan lo?
Sampe d cafe lo lsng k pintu belakangny
Kassandra menarik napas dalam lalu menghembuskannya keras-keras. Ia berjalan keluar kamar dan langsung bertemu dengan bodyguard yang berjaga di depan kamarnya.
"Artemis belum pulang?"
"Belum, anda ingin kemana?" pria yang Kassandra ketahui namanya adalah Yazcha itu menatapnya tajam.
"Saya bosan di rumah, saya ingin minum kopi di Tales Cafe," melihat pandangan tajam Yazcha yang masih setia ditujukan untuknya Kassandra buru-buru menambahkan "dekat banget kan, jadi tunggu apalagi, ayo antar saya!"
Pandangan Yazcha melunak, ia mengangkat dagu dengan sombongnya, dalam hati Kassandra mencibir 'beraninya dia sama tuan rumah'.
"Baik, tapi anda harus bersedia di kawal"
Kassandra mengangguk mantap, "Oke!"
***
Kassandra meminum macchiato nya dengan tenang di kursi yang bersebelahan dengan kursi pengemudi. Ethan yang berada di sampingnya terus-terusan berceloteh kalau Kassandra seharusnya di rawat dan hidup bersama keluarga aslinya bukan bersama orang asing. Setelah Kassandra berhasil mengendap-ngendap kabur dari pintu belakang cafe, ia langsung menyuruh Ethan mengantarnya ke rumah sepupu terdekatnya yang ada di kawasan Depok.
"Nanti gue ganti bensin lo ya,"
"Nggak usah, gue tulus kok bantu lo,"
Keduanya bertukar tatap sesaat lalu memutus tatapan di saat suasana canggung mulai menyeruak.
Ethan berdeham sambil pura-pura menyisir rambutnya ke belakang, berusaha menutupi kegugupannya dengan pandangan mata lurus ke jalanan. Sedangkan wajah Kassandra di sampingnya sudah bersemu semerah kepiting rebus, cewek itu mengunci pandangannya keluar jendela mobil. Ethan tidak boleh melihat wajah memalukannya itu.
Keduanya urung bercakap sampai mobile Ethan memasuki kawasan Victoria Hills. Kassandra menyebutkan blok serta nomor rumah milik kakak mendiang ibunya. Tak lama mereka sampai di depan rumah bernuansa biru dengan nomor rumah yang tadi disebutkan Kassandra.
Kassandra menyuruh Ethan menunggunya sebentar, "gue nggak lama kok," dengan langkah ringan Kassandra mendatangi pintu rumah yang memang tidak memiliki gerbang itu. Setelah memencet bel rumah di samping pintu, terdengar suara perempuan yang Kassandra rindukan.
"ya?"
Seorang remaja perempuan berbalut kaos putih dan celana hotpants menatapnya terkejut beberapa detik sebelum kembali berekspresi datar, "ada apa?" tanyanya.