Artemis

Dyah Ayu Anggara
Chapter #4

Crush Culture

Kassandra terbangun dari tidurnya. Maniknya yang masih setengah terbuka itu menatap ke sekeliling ruangan. Lalu beralih ke jam dinding yang menunjukan pukul 5:45.

"Art?" sedetik kemudian Kassandra terbatuk-batuk usai memanggil Artemis dengan suara seraknya. Tak lama Artemis keluar dari ruang ganti di kamar Kassandra. Artemis menghampirinya dengan seragam lengkap yang sudah membalut tubuh tegapnya, blazer hitam, kemeja putih berkerah dan celana motif kotak-kotak navy.

"Ngapain manggil-manggil?" Artemis bertanya ketus seraya menyimpulkan dasi nya. "Semalam lo pulang jam berapa?" Kassandra bertanya sambil berdiri dari tempat tidurnya. Kassandra yang sedang menilai tinggi badan Artemis yang ternyata lebih pendek darinya itu dibikin kaget "bukan urusan lo, lagian lo bukan siapa-siapa gue" jawaban Artemis tidak terdengar ramah dan ceria seperti biasanya.

"Sialan!!" Artemis menggeram dengan kedua tangan yang asal-asalan menyimpulkan dasi sekolahnya. Sekarang Kassandra tau penyebab Artemis marah subuh-subuh begini. Tanpa berkata sepatah kata, Kassandra langsung membalik tubuh Artemis hingga mereka berhadapan lagi. Dan Kassandra mulai menyimpulkan dasi bergaris itu setelah menepis tangan Artemis yang menolaknya.

Kassandra melirik Artemis yang membuang wajah ke samping, masih dengan ekspresi kesal. Bahkan setelah Kassandra selesai dengan urusan dasi, ekspresi wajah Artemis masih sama.

"Kenapa wajah lo ditekuk gitu?"

"Lo pasti ngetawain gue di dalam hati lo kan," kalimat Artemis membuat Kassandra kebingungan.

"Ketawain apa?"

"Gue lebih pendek dari lo,"

Jawaban Artemis menerbitkan senyum Kassandra, Kassandra lantas memeluk cewek itu, melupakan fakta Artemis adalah salah satu anggota keluarga yang membuat hidupnya tak lagi sama.

Tanpa diduga nya, Artemis balas memeluknya meski terasa ada keraguan dari pelukannya itu.

"Um, art, gue mandi dulu"

Kassandra terkekeh saat Artemis mundur secara tiba-tiba. "Cepat ke bawah ya!!" Artemis berujar ceria lalu beranjak keluar dari kamar.

Sementara Kassandra? Ia masih termenung di tempatnya. "Suasana hatinya cepat banget berubahnya" gumam Kassandra sambil memasuki kamar mandinya. Saat sedang membuka baju di depan cermin, kedua netra Kassandra melebar tidak percaya melihat pantulan dirinya.

Pantulan perutnya. Pemandangan dimana terukir tato di atas perutnya!!

Tato itu berbunyi :

Balmain

***

"Isinya operator doang, sayang," ledek Artemis sambil memainkan telinga Eris yang sedang berkutat dengan ponselnya sekaligus fokus dengan jalanan di depannya.

"Jangan jahil!" Kyle membentak tanpa mengalihkan pandangannya dari kegiatan mengirim pesan dengan Gaia.

Artemis mencibir lantas membanting punggungnya ke kepala kursi di mobil. Sementara Kassandra yang duduk di sampingnya, setia melihatnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Jengah dengan intaian Kassandra, Artemis memutuskan menyapanya lewat pesan.

Artemis :

Lo belok?

Kassandra melotot pada Artemis yang dibalas cengiran menyebalkan.

Kassandra :

Gila!

Artemis :

Lo gila?

Kassandra berdecak kesal lalu bertanya to the point.

Kassandra :

Siapa Balmain?

Artemis :

Marga gw

Kassandra :

Lo kn De Rucci

Artemis :

Soon. It'll be Balmain

Kassandra :

OK.

LO YG MAU JD BALMAIN KNP PERUT GW YG DI TANDAIN?!

Tidak ada jawaban. Kassandra menoleh dan mendapati Artemis yang sedang mengangkat panggilan dari seseorang.

"Halo pa?

...Lagi berangkat sekolah,

...papa udah ketemu si kembar?"

Ayahnya De Rucci, lalu Balmain... Kassandra terperangah sendiri saat baru mengingat pertemuannya dengan keluarga Artemis dari pihak ibunya.

Elijah Apollo Balmain.

Nggak mungkin ayah tiri Eli pemilik marga itu, atau marga keluarga ibunya? Kalau memang benar...

Kassandra memandangi figur samping rupa cewek di sampingnya. Wajah penuh cerita yang terlalu dalam. Menarik untuk di cari, sederhana untuk di mengerti, tapi sulit diterima.

Rupanya sebelum Artemis bergabung dalam golongan itu, ia sudah terlahir sebagai golongan itu sendiri.

***

Terhitung sudah sebulan Kassandra menimba ilmu di tempat yang sama bersama Artemis, Eris, dan Kyle. Dalam sebulan itu juga, dengan berat hati Artemis memasukan nama Kassandra ke dalam list-nya. "Losers".

Orang-orang yang ditulis Artemis dalam list itu biasanya orang-orang yang melalaikan tugasnya sebagai pelajar dan malah sibuk berpacaran. Kyle, salah satunya, tapi nama adik tirinya itu sudah ia hapus karena Kyle sudah membuktikan kalau dia tetap masuk ranking 3 besar meski bucin dengan Gaia setiap hari. Meski begitu, Kyle tetap kesal karena sampai sekarang Artemis masih menyadap aplikasi chatting di ponselnya.

Lain hal nya dengan Eris, Artemis tidak pernah memasukan nama kawannya itu ke dalam list. Eris terlalu ditakuti murid-murid sampai mereka enggan berteman apalagi pacaran dengan Eris. Di depan, Artemis terlihat prihatin dengan temannya itu, tapi setiap mereka hanya berdua saja Artemis tak bosan-bosannya menceritakan masa lalunya yang di campakan dengan alasan tidak jelas dan sempat dijadikan pacar ke empat. Jelas saja hal-hal itu semakin mengeraskan hati Eris untuk memiliki prinsip 'menjomblo' seperti bos nya. Tapi namanya juga manusia, Artemis suka memaklumi kalau memergoki Eris yang senyum-senyum mendapat pesan singkat dari beberapa murid. Padahal saat Artemis intip, isi pesannya hanya :

'Pr bahasa Jepang tadi halaman berapa ya?'

'Er, anggota kelompoknya masih terima orang nggak?'

'Boleh pinjam catatan sejarah?'

Usual texts. Anehnya bikin Eris senyum, ceria, dan bahagia sepanjang hari.

Pernah Artemis bertanya penasaran "Er, lo pacaran gih, tapi jangan keluar dari ranking tiga besar ya"

"Ini udah pacaran, pacaran virtual" sahut Eris kalem sambil memperlihatkan isi chatting nya bersama murid-murid di sekolah. Kalau kalian berpikir Eris itu player, kalian salah besar. Eris dijadikan pelampiasan kawan-kawan, tempat curhat.

Artemis nggak terima. Dan bisa dipastikan, tak lama setelah Artemis bertanya pada Eris, ia langsung mendatangi dan menyerang orang-orang yang mempermainkan kebaikan Eris. Menikam yang perempuan dengan kata-kata, dan menusuk yang laki-laki dengan penggaris papan tulis kelas. Setelahnya isi chatting Eris kembali normal, hanya membicarakan tugas sekolah. Lebih baik begitu kan? Jadi pacar keempat memang sakit, tapi lebih sakit dijadiin tempat pembuangan sakit hati. Kesannya kayak tempat sampah.

Dan untuk Kassandra. Baru sehari jadi murid baru, cewek itu sudah ditempeli Leo, ketua kelasnya. Artemis tidak keberatan kalau seluruh tugas mengurus kelas diberikan padanya, berhubung ia sudah menjabat sebagai wakil ketua kelas teladan sejak awal SMP. Tetapi kalau alasannya, mengantar pulang Kassandra? Temani Kassandra ke toko buku?

SORRY NOT SORRY.

"Huft...lo memang selalu bikin gue mau nyakitin lo lebih awal ya," pandangan Artemis menajam pada dua sejoli yang bisa-bisanya bucin saat sedang latihan lari maraton, pelajaran olah raga. Beruntung sekali mereka, guru olah raganya juga lagi tidur siang di balik kacamata hitamnya, jadi sudah pasti nggak akan melihat kemesraan Kassandra dan Leo di barisan belakang. 

"Kita izin buat rapat OSIS, bukan buat molor di UKS!"

Artemis mengacuhkan omongan orang yang baru saja memasuki ruang UKS yang memang sedang sepi itu. Kyle menghampirinya tentu dengan omelan-omelan di mulutnya yang tak pernah kunjung berhenti. 

"Malas, lagi nggak bahas proker gue" yang langsung di sambut pukulan di kepala dari Kyle, 

"Songong!!"

"Hargai proker orang lain!! ah, bukan orang lain deh, proker mantan, BAHAHAHAHAHA!!"

Tawa Kyle membahana melihat wajah masam Artemis yang mendelik ke arahnya. Puas sekali rasanya kalau bisa mengejek kakak tiri nya yang selalu menang dalam perdebatan. "jadi, mantan atau korban?" Kyle duduk tepat di samping Artemis, di atas ranjang UKS. Artemis mengalihkan pandangannya yang sempat terlempar ke lapangan di bawah lagi, lalu memasang pose berpikir "mantan, kemudian korban"

Kyle menatap Artemis penuh antusias "you're a true bastard!" 

Artemis mengacak rambut Kyle, masih tertawa "thanks, jerk!"

Setelahnya keduanya terdiam. Berusaha meredam tawa yang masih ingin keluar. Meski mereka sendiri tak tau kenapa mereka bisa tertawa selepas itu. Mereka jarang sekali terlihat akrab, apalagi di depan kedua orang tua mereka.

"Kenapa lo nggak pernah hormat sama gue, hm?" Artemis mengapit leher Kyle di ketiaknya. Dan tawa mereka kembali tersembur bersahut-sahutan "gue yang harusnya di hormati hahahahahahaha ya kan?" Kyle mati-matian menyingkirkan kedua tangan Artemis yang kini bergerilya di sekitar leher dan telinga, titik sensitifnya. Sejak kecil Artemis sangat mengenal adiknya, seberapa cerdik adiknya, sifat keras kepalanya, dan ambisiusnya.

"Sabar," ujar Artemis sembari menidurkan kepalanya di atas paha Kyle. Kyle memberengut lalu berkacak pinggang dan menunduk menatap tajam kakaknya "mau sabar sampai kapan?!"

"Gue nggak mau mendahului yang lebih tua,"

Lihat selengkapnya