Sehari setelah kepulangannya bersama Curse League, Kassandra langsung menjalani ujian di sekolah. Seperti sekolahnya dulu, sebagian murid-murid dari angkatan junior disatukan dengan murid-murid senior. Kassandra beruntung sekali tidak seruangan dengan Artemis, melainkan seruangan dengan Kyle. Semenjak meninggalnya Gaia, Kyle jarang sekali menanggapi candaan ringan dari teman-temannya. Bahkan setibanya mereka di Jakarta, Kassandra dengar dari Yazcho yang sempat menginap bersama Eris di kediaman De Rucci, Kyle mengurung diri di seharian, belajar dan belajar. Kyle hanya keluar saat waktunya makan. Rona pada wajah Kyle lenyap di gantikan wajah pucat.
Yazcha yang pada saat itu mendengar perubahan drastis Kyle berpendapat "Kyle salah paham, dan dia semakin benci Art,". Kabar yang disampaikan Eris dari mulut Godfather itu sendiri, bahwa Gaia berkomplot dengan kelompok mafia lainnya yang merupakan musuh De Rucci. Nama kelompok itu tidak disebutkan. Akan tetapi Kassandra curiga, karena usai Eris memberitakan perihal penyebab kematian Gaia, Artemis selalu bicara diam-diam bersama Yazcha dan Yazcho setiap malam di kediaman Kassandra, tanpa Kyle dan Eris. Terkadang Eli dan Sissy juga datang sekali dua kali.
Kassandra mempersuasi dirinya sendiri kalau Kyle hanya butuh waktu sendiri, karena itulah Curse League jarang terlihat bersama-sama lagi.
***
Sepulang ujian, Kassandra pergi nonton bersama Ethan. Setelah membeli camilan dan mengambil tiket, keduanya berjalan beriringan menuju nomor ruang studio yang tertera di tiketnya.
"Keys, lo tinggal serumah sama Artemis?"
Kassandra mengangguk singkat, ia nggak berniat menjelaskan kenapa Artemis bisa tinggal seatap dengannya. "Hati-hati, dia lesbi, and a player" ujar Ethan bertepatan dengan sampainya mereka ke tempat duduk di studio. Air muka Kassandra berkerut heran. Apa dia tidak salah dengar? Artemis is a player?
"Kakak keliru, Art itu nggak pernah pacaran, dia aja suka ganggu hubungan orang, tapi setelah berhasil bikin orang lain putus, ya udah, langsung ditinggal aja sama Art, gila memang!" Kassandra berkata panjang lebar guna meredakan api ketidaksukaannya mendengar rumor Artemis yang dengan mudahnya coming out dengan status yang masih minoritas serta dengan mudahnya menggaet siswi-siswi di sekolah.
"Tapi kemarin lo lihat sendiri kan? Setiap istirahat cewek-cewek suka nyamperin dia,"
"Ngajakin buat belajar bareng" Kassandra tidak bisa lagi menahan nada ketusnya saat mengulang kalimat yang baru Artemis katakan kemarin saat dirinya bertanya kenapa Artemis berubah. Jawaban lain dari Artemis saat itu "gue cuma masih merasa kehilangan aja, Gege udah nggak ada...", tapi Kassandra tidak mempercayai alasan tersebut. Kalau Kyle yang bilang begitu baru dia akan percaya.
"Keys,"
Kassandra mengalihkan mata dari layar lebar di hadapannya. Kedua matanya bertemu langsung dengan kedua manik Ethan yang teduh. Berbanding terbalik dengan Artemis, Nathan memiliki netra yang lebih bersinar namun tenang.Begitu juga dengan perangai laki-laki itu yang selalu bersikap lembut dan pengertian padanya.
"Do you like boys?"
"of course!" Kassandra langsung menjawab meski ia sendiri dapat mendengar nada keragu-raguan dalam kelimatnya. Ethan terlihat menghembuskan nafas kelewat lega lalu tersenyum dalam kegelapan pada Kassandra "lo mau jadi pacar gue?"
***
Kassandra memasuki rumahnya dengan perasaan campur aduk. Bagaimana bisa ia menjawab 'iya' dengan begitu mudahnya. Di abaikannya notifikasi-notifikasi yang terus berbunyi dari ponselnya. Siapa lagi kalau bukan Ethan.
Kedua kakinya berhenti melangkah di depan pintu kamarnya yang terbuka. Jantung Kassandra berdentum kencang saat dirinya sudah berdiri di ambang pintu kamarnya yang terbuka. Di atas tempat tidurnya. Ada Artemis yang sedang tidur bersama seorang perempuan. Ralat, anak perempuan. Perempuan itu terlihat sangat mungil dan suara isakannya yang terdengar pelan itu menyadarkan Kassandra.
"ART!!"
Bukan hanya Art yang melonjak kaget, perempuan itu juga, bahkan tangisannya langsung berhenti seketika. "Kalau mau mesum jangan di kamar gue!!" Kassandra sudah berderap ke arah keduanya dan menarik kasar tangan perempuan yang lebih kecil darinya itu. "INI KAMAR GUE!!" Kassandra berdecih mendengar perkataan Artemis, namun tatapan sinisnya perlahan memudar begitu melihat wajah geram dan serius Artemis.
"RUMAH INI ATAS NAMA GUE!!" Artemis menarik perempuan itu lagi dan mendudukannya di atas kasur dengan sangat lembut. Berbanding terbalik dengan Kassandra, Artemis menarik kuat pergelangan tangannya. Menyeret lebih tepatnya karena Kassandra masih butuh penjelasan atas kalimat Artemis barusan.
Dilemparkannya tubuh Kassandra keluar dari kamar "LO NGGAK PUNYA APA-APA!! DAN TUNGGU AJA HUKUMAN LO KARENA BERANI KASAR SAMA DIA!!"
'Dia' yang Artemis maksud adalah perempuan tadi. Perempuan itu tampak berjalan ke tempatnya dan Artemis berdiri, terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi Artemis lebih dulu membanting pintu di depan wajah Kassandra.
Kassandra masih melamun di depan pintu kamarnya. Masih mencerna fakta yang baru saja di dapatnya. Sampai tepukan ringan mendarat di pundaknya. Ia menoleh dan mendapati Yazcha sudah berdiri di sampingnya. "Butuh penjelasan?" tanyanya.
***
Disinilah Kassandra berada. Ruang perpustakaan yang baru dibuat Artemis di rumahnya. Tadinya ruangan itu adalah ruang kerja ayahnya. Kassandra sekilas melirik Yazcho yang tampak sangat berkonsentrasi pada sebuah album foto. Sementara dirinya yang duduk di satu sofa dengan Yazcho, memandangi Yazcha yang sedang mencari-cari sesuatu di laci meja Artemis.
"Ini," Yazcha menarik keluar sebuah map cokelat dan memberikannya pada Kassandra "Perjanjian antara De Rucci dan Wirjadinata"
Kassandra memandang ragu dokumen di tangannya "kemarin Eris udah kasih lihat kok---" "itu yang palsu" Yazcha menjawab cepat lalu turut melihat-lihat album foto bersama kembarannya. Palsu? Kenapa Artemis harus memalsukan surat perjanjian? pikirnya. Dan benar saja, dari halaman depan sudah tertulis dengan jelas, bahwa rumah yang sekarang ditempatinya adalah milik De Rucci sepenuhnya yang kemudian di wariskan pada salah satu pewaris utama. Artemis De Rucci. Kassandra benar-benar tidak habis pikir dengan mendiang keluarganya. Bisa dikatakan keluarganya 'menyewa' aset-aset De Rucci sekaligus diberi tambahan modal untuk menghasilkan pendapatan demi membayar De Rucci. Namun bila Kassandra ingat-ingat seberapa sering dirinya bersama ibunya berbelanja, liburan keluarga, dan sebagainya, rasanya mungkin saja ayahnya tidak mampu menumpuk pendapatan lebih dari modal awal pemberian De Rucci.
"Kenapa sih..." suara lirih Kassandra menarik perhatian si kembar, "kalau udah tau dari awal nggak bisa lunasin, berhenti aja harusnya! kenapa sebanyak ini?!" Kassandra membekap mulutnya sendiri, berusaha meredam isak tangisnya melihat besarnya jumlah keseluruhan hutang-hutang keluarganya. Keluarganya sudah terlibat dengan De Rucci bahkan sebelum ia lahir.
"Untung kita dibuang ke panti---" celetuk Yazcho yang langsung di balas Yazcha dengan jitakan di dahinya. Di luar dugaan, Kassandra terkekeh pelan mendengar ucapan Yazcho, "ya, kalau bisa memilih gue juga lebih pilih hidup sebatang kara dari kecil daripada punya orang tua yang sok tau!" Kassandra meletakan kembali dokumen perjanjian tadi di atas meja kerja Artemis lalu mengayunkan kedua kakinya keluar.
"San! lo mau kemana?" Yazcha mengejar Kassandra yang tengah menuruni tangga, di susul Yazcho di belakang.
"Gue nggak punya hak apa-apa disini yaz, gue harus pergi" Kassandra berhenti sejenak lalu menatap Yazcha dengan kedua mata sembabnya "kalau Artemis udah nggak 'sibuk', gue minta tolong sama lo beresin barang-barang gue di kamar ya, gue tunggu di cafe..."
"Tapi lo mau kemana?" Yazcho mendesak Kassandra untuk menjawab. Pandangan Kassandra terkunci pada ujung kedua sepatunya, perlahan ia menggeleng pasrah, bingung juga harus pergi kemana. Ucapan Yazcho kembali terdengar
"Ke rumah orang tua angkat kita aja,"
***
"Besok malam kamu akan datang kan?"
Artemis tersenyum manis seraya mengangguk mantap sebagai jawaban untuk laki-laki yang umurnya tidak terlalu jauh dengannya. "Kak Even juga datang kan?"
Senyum anggun Even sedikit sirna, kedua matanya juga memandang sendu anak perempuannya yang sudah tertidur lelap di pangkuannya "Saya takut," Artemis meraih tangan Even yang bebas dan menggenggamnya erat "Udah saatnya kakak rebut hak kakak dan Talia, dan juga..."
Even menatap Artemis, menunggu lanjutan kata-kata yang akan di ucapkan cucu tiri kesayangannya itu. "Setidaknya kakak bisa melihat dia dari jauh,"
Senyum Even semakin melebar. Laki-laki imut itu mengangguk antusias "kamu benar," ucapnya. "Tapi saya lebih mengharapkan kedatangan Hera,"
Artemis tergelak mendengar nama rival sekligus bibi nya itu disebut "Hera pasti datang!"
Setelah berpamitan sekali lagi, Artemis menutup pintu mobil yang kini membawa Even dan anaknya keluar dari kediamannya. Sepeninggalan Even, Artemis mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan singkat di group chat Curse League.
CL (8)
I am an ART
bsk pd dtg kn?
sassy not sissy
gw ada jadwal ketemu sm client
chocolatos
yg sibu beda
chacha
aaa ga seruuu
Eris
dtg
KAI
^2
Eli without ijah
dtg dongsss