Even we're teens who are going to be adults,
We still could miss hugs and kisses before sleep,
We still need to spill out the tears
***
Begitu pintu Marcedes Benz S milik Artemis terbuka, Kassandra dibuat bingung dan terpukau di saat bersamaan. Disini dirinya berdiri. Kediaman De Rucci di balik gerbang hitam menjulang yang baru saja di lewatinya. Bayangan rumah dengan desain modern lenyap sudah. Namun Kassandra tetap tersenyum sembari berjalan beriringan dengan Artemis menyeberangi halaman luas rumah itu. Dari luar rumah keluarga De Rucci memang nampak terlalu bergaya mediterania dengan genteng-genteng merah sebagai atapnya dan banyaknya pintu-pintu yang terbuat dari kayu.
Sebelum melewati pintu utama rumah itu, Kassandra sempat melihat Kyle di salah satu dari banyaknya jendela kamar yang menghadap ke halaman. Kyle memandangi kedatangannya dengan Artemis dari atas. Tapi Kassandra tidak terlalu memperhatikan dan mengartikan mimik wajah cowok itu.
"Kenapa kita harus kesini pagi-pagi?" Kassandra yang baru saja tersadar dari interior bergaya budaya yunani itu menghampiri Artemis yang sedang duduk di ayunan panjang kayu yang berada di balik pintu kaca ruang tamu. Kedua manik Kassandra turut mengikuti arah tatap Artemis.
"Itu bangunan apa?" rasa penasaran sulit Kassandra bendung "paviliun," Artemis menjawab singkat lalu meraih tangan Kassandra "jangan berharap mereka bakal nyambut kita, mereka tetap sibuk sama pekerjaan masing-masing"
Kassandra meringis ngeri memikirkan seberapa workaholic keluarga De Rucci. Saat mereka sudah berada di lantai dua, Kyle keluar dari salah satu kamar dan menghampiri mereka sambil bersedekap "orientasi 'kalian' benar-benar bikin gue muak" Kassandra terkejut mendengar nada mencela dan tatapan sinis Kyle. Kebencian jelas terpancar di kedua matanya dan tertuju lurus pada Artemis.
Artemis berujar tenang "gue nggak pernah mengharapkan ini, kai.." "that's exactly what Hera said!" Kyle mendecih lalu menambahi dengan nada sarkas "keuntungan cucu kandung"
"Lo ju---!" Artemis menghembuskan nafas kasar ke samping lalu kembali menarik Kassandra ke salah satu kamar. Dilewatinya Kyle yang menatapnya heran. Sayangnya Kyle terlalu gengsi bertanya setelah informasi yang baru saja di dengar nya. Gue cucu kandung? gue kan anak bawaan mama, Kyle mendengus kesal karena hanya bisa berkutat dengan pikirannya tanpa menemukan jawaban.
***
"Kak Art!"
Kassandra membuang muka melihat perempuan yang kemarin ia lihat berada di kamarnya, kini berada di depannya. Hatinya nggak bisa menahan rasa iri melihat wajah rupawan perempuan yang Artemis bilang adalah bibi nya. "Talia, lo kan harusnya bantuin kak Even pindahan kamar" "udah selesai!" Talia berkacak pinggang dan menatap Artemis galak "kakak nggak mau jelasin siapa aku ke pacar kakak?!"
"Pacar apanya?! gue udah jelasin juga" Artemis melirik Kassandra yang masih enggan melihat ke arahnya dan juga ke Talia. "Tapi kok dia masih kelihatan marah gitu?" Talia mendekat ke Kassandra sampai mau tak mau Kassandra membalas kedua mata besar Talia yang sangat indah. Kassandra buru-buru menjawab "bukan begitu, aku cuma nggak percaya, kalau kamu bibi Artemis..."
Mendengar ucapan Kassandra, Talia tersenyum lebar yang kemudian berangsur-angsur menjadi tawa kecil "baguslah, aku nggak mau kakak lama-lama berpikiran buruk soal aku, oh iya kak Hera dimana?" Talia beralih atensi pada Artemis.
"Dia nggak ikut," jawab Artemis cepat. Wajah cerah perempuan itu langsung berubah keruh dan murung. Talia menanyakan apakah nanti malam Hera datang. Dan lagi-lagi Artemis menjawab tidak. Talia mengulum senyum kecil "malam ini bakal sama aja kayak malam-malam sebelumnya, ah udahlah! have a nice day, kak!" Talia menggenggam sekilas tangan Kassandra sebelum berjalan keluar kamar. Kassandra menoleh cepat begitu mendengar Artemis bergumam setelah Talia pergi
"Lo pasti pusing sama silsilah keluarga gue"
Kassandra mengangguk cepat lalu menjawab "gue lebih berminat mengenal lo daripada De Rucci"
***
"Kak keys, rambutnya boleh ku kepang nggak?"
Even menjauhkan kuas yang dipakai untuk memoleskan eye shadow pada kelopak mata Kassandra supaya cewek itu bisa menjawab anak perempuannya.
"Boleh," jawaban Kassandra langsung disambut wajah bahagia Talia. Remaja dengan warna rambut cokelat terang itu berdiri di belakang Kassandra dan mulai mengepang rambut panjang Kassandra. Sementara Even kembali merias wajah Kassandra. Dan Even kembali melanjutkan obrolannya dengan Kassandra yang terpotong karena kedatangan Talia.
"Jadi kamu merasa nggak enak menumpang sama Artemis?"
Kassandra mengiyakan dengan menggumam lirih. Even berujar kembali "kalau misalnya Artemis sendiri yang minta kamu kembali, apa kamu akan menolaknya?"
"Aku nolak juga percuma kak, Artemis pemaksa,"
Dalam hati, Kassandra kagum dengan kepiawaian Even dalam merias wajah dan memilihkan pakaian yang bagus untuknya nanti malam. Sebuah pertanyaan tebesit di otak Kassandra. Namun ia masih takut untuk bertanya. Takut menyinggung perasaan orang yang ia tanyai. Tetapi sekali lagi Kassandra mendorong dirinya untuk bertanya karena ini demi kebaikannya juga.
"um, kak,"
Even menjawab dengan dehaman pelan.
"Apa sejak kecil kakak udah tau kalau kakak lahir dengan memiliki---"
"Nggak," Even menjawab cepat lalu menambahkan "kakak baru tau sejak kakak, awal-awal kerja," Kassandra menangkap suara Even yang semakin mengecil dan kepangan rambutnya yang terasa agak mengendur. Sepertinya kesedihan Even menular pada Talia. Kassandra buru-buru berkata "apa karena 'kepunyaan' kakak itu, kakak beranggapan kalau kakak memang dilahirkan tunduk dan menyukai sesama jenis?"
"Oh, aku udah berpacaran sama laki-laki sejak aku di sekolah menengah atas," Kassandra membuka kedua matanya setelah Even berucap singkat kalau ia selesai merias matanya. Dilihatnya kedua pipi Even yang merona saat kembali berucap "sebelum pacaran, aku juga udah merasa senang kalau ada laki-laki yang terang-terangan bilang suka dan mau lindungin aku, awalnya memang aku menolak karena ingat lagi dengan orang tua dan pendapat orang-orang, tapi..." Even mendengus geli sembari memoleskan liptint pada kedua belah bibir Kassandra "ayah Talia berhasil meyakinkan kakak sampai sekarang"
Even menangkap ekspresi Kassandra yang bisa ia definisikan seperti dirinya dulu saat masih bingung dan menolak orientasi seksualnya. Akirnya Even memutar otak untuk menghibur kegundahan Kassandra "Hera, Artemis, Elijah," Kassandra yang mendengarnya menatap Even bingung. "pewaris-pewaris utama De Rucci, yang kakak yakin sebentar lagi posisinya akan tergeser"
Kesempatan emas buat Kyle, pikir Kassandra kecut lalu ia kembali mendengarkan Even menjelaskan alasan kenapa ketiga nama yang barusan disebutnya kelak kehilangan posisi mereka.
"Hera berjiwa bebas dan berpendirian keras sama seperti ayahnya, Elijah selalu menomorsatukan kebahagiaan orang yang dia sayang, dan Artemis," Even menggerling penuh arti pada Kassandra "selalu bersyukur dan berambisi agar orang-orang menerima apa yang ia peroleh sejak lahir"
Saat Even dan Talia meninggalkannya, Kassandra mendesah putus asa. Dia sama sekali nggak paham keterkaitannya antara orientasinya dan penyebab Artemis yang akan kehilangan hak waris. Apa yang Artemis peroleh sejak lahir? Dan kenapa dia sangat berambisi agar orang-orang menerimanya?
***
18:30 WIB.
Kassandra mematut penampilannya lagi di depan cermin bundar besar di kamarnya. Acara malam ini hanya dihadiri keluarga dan rekan bisnis, rasa tidak percaya diri kembali merayapi diri Kassandra meski tubuhnya sudah dibalut column dress selutut berwarna putih gading dengan motif-motif ukiran yang disempurnakan dengan contrast yoke collar.
"Kenapa nggak ke bawah kak?"
Kepala Kassandra tergerak melihat seseorang yang memasuki kamarnya. Talia yang terlihat imut dalam maroon basque dress dengan layered short sleeve nya. Wajahnya yang memang manis tampak mengerut sebal. "Kamu sendiri kenapa nggak turun duluan?"
Talia menghentakan kakinya seperti anak kecil sebelum membanting bokongnya ke atas kasur "Aku udah sempat ke bawah sebentar, ambil ini" sebelah tangan Talia memperlihatkan sebuah muffin yang tinggal separuh cup "aku ke atas lagi karena nggak tahan sama bisik-bisik gosip mereka!"
"Gosip tentang kak Even? Kak Even dimana?"