Artemis

Dyah Ayu Anggara
Chapter #14

Checkmate (2)

Kiara berjalan mondar-mandir di bukit kecil. Pandangannya tidak lepas dari petak-petak sawah dan danau yang membentang luas di bawahnya. Ia melirik Kassandra yang terus meronta dengan tubuhnya yang diikat kencang pada satu batang pohon kelapa, lalu beralih pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 6:58. Kiara berjalan ke seorang anak buahnya yang berdiri di samping Kassandra dan menggenggam gagang pedang yang masih terbungkus sarungnya.

"Dua menit lagi gue akan memisahkan kepala dan tubuh lo, sayang," Kiara melempar senyum penuh kemenangan pada Kassandra. "Gue akui lo cantik dan menarik, tapi sayangnya gue lurus pantang belok meski kita udah 'melakukannya' tadi" rasa bahagia Kiara semakin menjadi-jadi melihat air mata yang kembali merebak dari kedua mata Kassandra yang sudah memar sebelah akibat tamparan Kiara.

Dengan wajah datar Kiara membalas isyarat sang anak buah. Ia berbalik dan menyunggingkan senyum meremehkan pada sosok perempuan yang berjalan ke arahnya dengan ekspresi sama datarnya dengan wajahnya sekarang.

Kedua mata Kassandra menatap sosok Artemis penuh rasa rindu. Air matanya tak kunjung berhenti melihat pacarnya itu datang, meski tidak ada setitik pun ketakutan yang terpancar dari netra gelap Artemis, tapi cewek itu sekali tersenyum samar pada Kassandra seolah menghibur pacarnya 'semua akan baik-baik saja'.

Kiara menatap gemas Artemis yang mati-matian menahan amarahnya, melihat kondisi gadis tercintanya. Kiara telah mengganti pakaian Kassandra dengan dress putih yang lumayan tipis selutut, sehingga memar-memar kebiruan pada paha dan kakinya yang terekspos terlihat jelas di mata Artemis, jangan lupakan lebam pada dahi dan dagu Kassandra, luka gores pada pipinya, bibirnya yang disumpal kain pun tak luput dari luka yang sudah mengering.

Kiara melongok sedikit ke belakang Artemis lantas terkekeh, "lo beneran datang sendiri? Hahahaha! Padahal gue cuma bercanda!" Dan tiba-tiba saja 4 orang anak buah Kiara dengan tubuh yang dua kali lipat jauh lebih besar daripada anak buahnya yang berada di dekatnya, mengelilingi Artemis.

"Nah! Gue nggak sabar melihat hasil kerja ilmuwan-ilmuwan De Rucci! apa benar tenaga lo ini lebih kuat dari pria dewasa?" Kiara tertawa geli melihat Artemis dari bawah ke atas "well, sebenarnya gue agak ragu sih, apalagi fakta badan bogel lo nggak bisa dipungkiri," ucapan Kiara mengundang tawa keras dari kelima anak buahnya.

Artemis menatap waspada ke sekelilingnya. Kiara benar-benar licik. Seharusnya ia tidak tertipu dengan senyum ramah cewek itu pada Kassandra. Seharusnya Artemis langsung mematahkan leher Kiara, tepat sebelum cewek itu mengantarkan Kassandra pulang.

Sedangkan Kassandra yang menjadi sandera tak mampu lagi berontak dengan tangan dan tubuh yang terikat kuat pada batang pohon kelapa itu. Hatinya benar-benar hancur mengingat Kiara yang memperlakukannya layaknya jalang beberapa jam yang lalu. Dan sekarang Kassandra akan menyaksikan kekasihnya dihabisi di depan matanya. Kassandra menyesal sempat menaruh dan mengatakan perasaannya pada Kiara!

"Sebenarnya mau lo apa, brengsek?!" gertak Artemis tanpa sedikit pun mengubah wajah datarnya. 

"Buru-buru banget, gue masih lelah tau habis 'memuaskan' pacar lo ini! nggak heran sih lo tergila-gila sama nih cewek, ah!" Kiara menyeringai senang melihat wajah Artemis yang perlahan memerah padam, jangan lupa tanpa sadar cewek itu juga mengepalkan kedua tangannya sampai kepalanya itu memerah. "Oh God! you never touch her! don't you?! BAHAHAHAHA!" 

Kassandra hanya mampu memejamkan erat kedua matanya. Air mata kembali membasahi kedua pipinya. Kassandra pikir Artemis pasti akan sangat jijik padanya setelah ini. Kiara menggeser posisi anak buahnya dan merangkul pinggang Kassandra. 

"Coba lihat wajahnya babe, dia bahkan nggak marah saat gue menceritakan kesenangan kita, kamu yakin dia sayang sama kamu? aku bisa kasih kamu lebih kalau kamu ingin," ujar Kiara rendah, tepat di samping telinga Kassandra. Membuat cewek yang terikat tidak berdaya itu semakin muak padanya. Kiara mengecup singkat pipi Kassandra lalu beralih menatap Artemis menantang "ah, wajar kamu nggak mau terima aku lagi ya, kamu pasti masih sakit hati setelah kutolak waktu itu kan?" ucapan itu tertuju pada Kassandra tapi arah mata Kiara tak pernah lepas dari Artemis. Dalam hati, Kiara memuji keahlian Artemis dalam mengontrol ekspresinya. Benar-benar seperti batu! Dan hal itu semakin membuat Kiara tertarik mengejeknya. 

"Gimana rasanya, Art? Rasanya dijadikan pelarian sama orang yang harusnya lo bunuh dari awal? sakit banget kan, apalagi selama ini lo selalu merasakan rasanya jadi nomor satu dan dibanggakan oleh buyut-buyut lo!" Kiara kembali terkekeh dengan suara yang dibuat-buat "Kalau lo bunuh cewek ini dari awal, saat ini pasti kita udah berteman dan pastinya gue akan mengundang lo di acara pernikahan gue,"

"Kalian berdua memang suka bermain api," 

Habis sudah kesabaran Artemis. Cewek itu baru saja maju selangkah tetapi bahunya ditahan salah satu anak buah Kiara, dan sebuah bogem mentah langsng mendarat di rahang Artemis. "Hmmpphh!!!" Kassandra berteriak putus asa di balik kain yang menyumpal mulutnya. Tampak darah segar termuntahkan dari mulut Artemis. Berbeda dengan Kassandra, Kiara berdecak kesal, mengira Artemis lebih lemah dari dugaannya. Tapi senyum Kiara kembali terbit saat Artemis melompat dan menendang wajah anak buahnya dengan kaki pendeknya itu. Lumayan, pikir Kiara. 

Artemis menyerang kelima anak buah Kiara secara membabi buta, melampiaskan kemarahannya tanpa mempedulikan Kassandra yang melihat sisi lain dari dirinya. Pergumulan itu terus berlanjut, dan Artemis selalu berhasil menumbangkan kelima pria dewasa itu, seringai mengerikan terpampang jelas di wajah pewaris utama De Rucci itu, tidak peduli darah milik pria-pria di sekelilingnya yang telah mengotori tangan dan wajahnya. 

Tidak berbeda dari bos-nya yang pengecut dan licik, salah satu anak buah Kiara mengambil sebilah batang kayu yang cukup besar lalu memukul Artemis tepat di punggung cewek itu sampai kayu itu patah. Artemis langsung tersungkur dan kembali memuntahkan darah. 

Merasa terganggu dengan jeritan-jeritan tertahan Kassandra, Kiara akhirnya membuka kain penutup di mulut cewek itu. Dan teriakan Kassandra semakin melengkapi eksekusi Kiara terhadap Artemis malam itu. 

"ART!!! KIARA STOP!!! TOLONG!!! JANGAN SAKITIN ART!!!" Kassandra kembali meronta-ronta di dalam ikatan itu, yang sudah pasti tidak akan terlepas. Padahal bibirnya sangat sakit jika digerakkan karena luka yang cukup lebar itu, tetapi melihat satu-satunya orang yang ia sayangi terluka parah, ia tidak bisa hanya berdiam diri. 

Artemis semakin marah mendengar Kassandra yang memohon-mohon pada Kiara, ia kembali bangkit dan menahan bongkahan kayu yang nyaris mengenai wajahnya lalu pria yang memukulnya tadi mengangkat tubuh Artemis dengan mudah, sayangnya Artemis lebih cerdik. Artemis langsung berkelit hingga sekarang posisi kedua pahanya menjepit kepala pria tadi. Setelahnya kepala pria itu terputar dan terdengar bunyi patahnya tulang leher yang seketika menghentikan detak jantung Kassandra. 

KREKKK

Tubuh pria itu tersungkur di rerumputan dengan lemas tak bernyawa, dan kepuasan tersendiri langsung melingkupi diri Artemis. Lagi dan lagi Artemis menghajar keempat pria lainnya yang sudah babak belur di sekujur tubuh dan wajah itu dengan brutal. Ketiga pria itu mati dengan kepala yang sama-sama terputar dengan pria yang mati lebih dulu, hingga pria terakhir kedua tangannya dipatahkan oleh Artemis dengan wajah tanpa ekspresi itu lalu menghempaskannya begitu saja. Kelima pria itu terkapar mengenaskan, darah milik Artemis dan lawan-lawannya menghiasi rerumputan bukit kecil tempat mereka berdiri. 

Suara tepuk tangan yang keras mengalihkan pandangan keji Artemis, "Lo memang kebanggan De Rucci! Nggak perlu diragukan lagi! Well, next please!"

Kedua mata Kassandra melebar ketakutan melihat dua orang pria dewasa berdatangan, lengkap dengan pedang yang berada di masing-masing tangan mereka. Dan benar saja, mereka langsung menyerang Artemis tanpa sedikit pun memberi jeda. Artemis dengan tangan kosong berusaha menghindri ayunan kedua pedang itu sebisa mungkin. Dia berhasil merebut salah satu pedang dari kedua pria itu dan langsung menebas kepala pria di sebelah kirinya. Jantung Kassandra tak henti-hentinya berdebar keras sejak tadi. Ia ingin Artemis selamat, tapi di sisi lain ia sangat takut melihat 'kebuasan' Artemis yang selama ini tersembunyi di balik senyum hangat dan perlakuan manisnya. Seolah membaca pikiran Kassandra, Kiara berucap tenang, "ini belum seberapa, sebentar lagi lo akan tau seperti apa orang yang baru aja lo bela mati-matian itu," smirk Kiara semakin melebar saat pedang anak buahnya menyayat kaki kanan Artemis. Cewek itu langsung bersimpuh menahan perih dari luka sayatan itu yang cukup lama. Seakan belum cukup, pria itu menyabet lengan kiri Artemis hingga darah segar mengalir cukup deras dari tangan cewek itu sampai menetes ke rerumputan. 

"AKH!!" Artemis berteriak pilu, ia mengatup cepat mulutnya, tidak ingin terlihat lemah meski jelas-jelas ia telah bersimpuh tidak berdaya di hadapan kekasihnya dan Kiara. Nafas Artemis memburu menahan sakit. Keringat dan darahnya bercampur jadi satu. Luka yang ada di lengan dan kakinya cukup dalam dan lebar. Artemis sudah tidak mampu bangkit lagi sekarang. Kassandra kembali memberontak, hatinya sakit dan ia terus menangis sejak Artemis mengotori tangannya sampai sekarang gadis yang disayangnya tidak mampu lagi bergerak seinci pun. 

Lihat selengkapnya