Arthur

Fiona C.
Chapter #5

Arthur | 5

Hari ini merupakan hari yang paling penting, khususnya bagi kedua orang tuanya. Karena hari ini terdapat 2 perayaan spesial, yakni ulang tahun perusahaan dan ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya. Maka, diadakanlah sebuah acara.

Semuanya sudah dipersiapkan sejak beberapa hari yang lalu. Acaranya sendiri diadakan di perusahaan utama. Bukannya pelit dan tidak mau mengeluarkan uang dengan merayakan di sebuah hotel bintang lima, melainkan karena perusahaan tersebut cukup besar untuk menampung ribuan tamu. Oleh sebab itu, keputusan akhirnya hanya menghias ruangan dan memanggil catering untuk bagian makanan.

Perusahaan tersebut dihiasi dengan indah menggunakan aksen putih dan emas, menampilkan kesan yang begitu elegan. Di atas meja juga diberi rangkaian bunga mawar berwarna putih. 

Theresa sendiri memiliki peran besar dalam perayaan ulang tahun yang istimewa ini. Semuanya berada di bawah kendalinya atas permintaan kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya percaya bahwa Theresa akan memberikan yang terbaik untuk mereka, dan lagipula jika anaknya mampu melakukannya, untuk apa meminta bantuan dari tukang dekorasi dan mengeluarkan biaya lagi.

Meski begitu, Theresa tentu tidak lupa dengan dirinya. Dia baru saja selesai mandi dan sekarang sedang mengaplikasikan make-up di wajahnya. Make-up yang simple saja, tapi mampu meningkatkan aura kecantikannya. Sedangkan untuk rambutnya, Theresa memilih untuk mengurainya begitu saja, ketimbang diikat seperti mamanya. Agar tidak terlalu polos, Theresa menata ujung rambutnya masuk ke dalam.

Rina masuk ke dalam untuk memberikan gaun milik Theresa saat gadis itu sedang memasang cincin yang adalah hadiah ulang tahun dari ayahnya. Rina mengejek, "Cincin itu sudah boleh diganti oleh calon pasanganmu. Sudah ketemu?"

"Belum, Ma. Aku kan masih muda. Masih ingin menghabiskan waktu, uang, dan tenaga seorang diri. Lagipula aku bisa dan mampu melakukannya. Aku mau memanfaatkan waktu itu."

"Iya, iya, lagipula Mama hanya bercanda. Serius benar kamu menanggapinya."

"Ya habisnya aku takut Mama bakal kaya kebanyakan orang tua yang mendesak agar anaknya menikah. Sedangkan menikah adalah perkara besar dan serius, yang akan dijalankan orang yang memang sudah siap melakukannya."

"Betul. Makanya Mama dan Papa berusaha untuk tidak memaksa kamu menikah. Meski begitu, Mama tetap menantikannya."

"Nanti ya, Ma. Pasti akan Theresa kenalkan."

Rina lalu keluar meninggalkan kamar Theresa. Theresa segera memakai gaun itu, dan menambahkan aksesoris lain, seperti gelang dan kalung.

☆☆☆

"Sini Mama foto kamu dulu," kata Rina. Theresa berpose, meskipun sedikit canggung, karena takut ada yang melihatnya, tapi foto itu berhasil diabadikan oleh Rina dengan baik. Theresa benar-benar terlihat sangat cantik, tidak heran banyak orang yang berdecak kagum saat melihatnya. 

Dalam hitungan menit, ruangan itu sudah dipenuhi oleh tamu-tamu undangan. Tidak sedikit pujian yang Theresa terima dari rekan kerjanya. Sebenarnya, terkadang dia justru merasa malu saat menerima pujian-pujian itu.

Lihat selengkapnya