Hari ini adalah kepindahan Anira dan keluarganya dari Surabaya ke Jakarta. Papanya ditugaskan ke Jakarta, mau tidak mau Anira harus ikut. Di Surabaya dia akan memulai kuliahnya. Meski berat hati meninggalkan kota Surabaya dan teman-temannya dia harus melakukannya dan mengikuti Papa dan Mamanya. Meski baru dua minggu mereka berada di Surabaya dan harus pindah lagi.
"Ma, kenapa sih kita harus pindah lagi? Aku kan capek harus pindah terus," unggah Anira terlihat sedih kepada Mama Siska. "Sayang kamu harus ngertiin Mama sama Papa, kali ini kita akan tinggal menetap di sana dan gak pindah lagi. Bisa dibilang kita akan menetap di sana dan gak pindah lagi seperti manusia zaman purba dulu hahah," jawab Mama Siska sambil tertawa cekikikan menggoda putri semata wayangnya itu. Anira hanya cemberut mendengar perkataan Mamanya. Sebelumnya keluarga Anira memang sering pindah dikarenakan Papa Wisnu yang sering ditugaskan ke luar kota sehingga Anira dan Mama Siska harus ikut. Setelah beberapa barang dimasukkan ke mobil, Anira dan keluarganya bergegas menuju Jakarta dan meninggalkan kota Surabaya tersebut. Dalam perjalanan Anira tampak melamun memikirkan dia akan berkenalan dengan orang baru dan teman baru lagi di Jakarta nanti. Beberapa jam perjalanan mereka hampir sampai dan tak sengaja Anira melihat ada seorang cowok yang baru saja mengalami kecelakaan. Mungkin karena sudah larut malam tidak ada yang menolongnya. "Papa berhenti itu ada orang yang kecelakaan, kasihan kan Anira akan turun bantuin dia," ucap Anira. Papa Wisnu pun memberhentikan mobil dan seketika Anira turun dan langsung berlalu menolong cowok tersebut. Tanpa basa basi Anira langsung mengambil kotak obat yang selalu ada dalam tasnya dan mengobati luka cowok tersebut. Meski belum kenal namun Anira sangat berjiwa kemanusiaan menolong siapapun yang membutuhkan bantuannya. "Luka kamu harus diobati takutnya nanti infeksi," kata Anira sambil mengobati luka cowok itu. Cowok itu hanya terdiam kesakitan dan menatap Anira seorang cewek berambut panjang yang dibiarkan terurai dan berwajah cantik nan putih tersebut mengobati lukanya. Anira tak menyadari dirinya sedang ditatap oleh cowok tersebut, dia hanya fokus mengobati bekas lukanya. Mama Siska dan Papa Wisnu kemudian menghampiri mereka berdua. "Nak kamu gak apa-apa kan? Ini ceritanya bagaimana sampai kamu kecelakaan?" tanya Mama Siska. "Tabrak lari tante, terus pelakunya langsung pergi aja. Apalagi sudah malam begini gak ada yang nolongin saya untung ada keluarga tante yang bantuin saya," ucap cowok tersebut. "Kalau begitu kami akan antar kamu pulang yah, dengan kondisi kamu sekarang gak mungkin bisa pulang sendirian," kata Papa Wisnu. Anira pun telah selesai mengobati luka cowok itu. Papa Wisnu membantu cowok itu masuk ke mobil dan akan mengantarnya pulang. Dalam mobil Anira hanya terdiam yang duduk bersebelahan dengan cowok itu. Cowok itu kemudian memberitahu alamat rumahnya ke Papa Wisnu. Hanya sekitar 15 menit dari tempat tadi, tampaklah rumah cowok tersebut yang megah dan mewah. Mendengar suara mobil berhenti keluarlah Mama dan Papa cowok itu yang kaget melihat kondisi anaknya. "Astaga Irham kamu kenapa sayang?" tanya Mamanya. Anira yang mendengar ucapan wanita tersebut akhirnya tahu nama cowok yang ditolongnya itu bernama Irham. "Maaf Pak, Bu tadi anak Ibu kecelakaan dan tak sengaja kami lewat dan segera menolongnya," kata Mama Siska. "Terima kasih untuk bantuannya Bu. Terus yang ngobatin luka kamu siapa sayang?" tanya wanita itu pada anaknya. "Itu Mah anak Om dan tante ini yang langsung ngobatin luka Irham," jawab Irham tersenyum. Anira hanya tersenyum mendengar ucapan Irham. "Terima kasih yah kamu anaknya baik dan cantik sekali," puji Mama Irham. "Iya tante sama sama," ucap Anira. Setelah berbincang cukup lama, Anira dan keluarganya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.
30 menit setelah meninggalkan rumah Irham akhirnya mereka sampai di rumah yang sudah Papa Wisnu beli sebelum pindah dari Surabaya. "Wow Pah ini rumah kita bagus banget lebih besar dari rumah di Surabaya," ucap kagum Anira melihat rumah barunya yang sangat megah. Dapat dikatakan rumah Anira jauh lebih mewah lagi dari rumah Irham. "Iya dong sayang ini hadiah untuk putri Papa yang cantik ini dan untuk Mama juga," kata Papa tersenyum. "Ini mau liatin rumahnya terus atau langsung masuk istirahat sih," ucap Mama. Mereka kemudian masuk dan langsung disambut para asisten rumah tangganya. "Selamat datang Tuan, Nyonya di rumah barunya," sambut Bi Wulan. Tak hanya satu ada tiga asisten rumah tangga di rumah tersebut. Ternyata Papa Wisnu sudah mempersiapkan semuanya. Pak Johan mengangkat semua barang bawaan mereka masuk ke rumah. Pak Johan menjadi sopir keluarga Anira. "Bi kamar aku dimana, aku udah ngantuk banget nih?" tanya Anira. Bi Wulan pun mengantar Anira ke kamarnya di lantai dua. "Bi luas banget kamarnya, jadi betah nih aku di kamar terus," ucap Anira kagum. "Iyaa Non ini semuanya Tuan Wisnu sudah mempersiapkan semuanya untuk Non dan Nyonya. Kalau Non Anira butuh sesuatu tinggal panggil Bibi yah," ucap Bi Wulan.
Anira kemudian mandi dan turun untuk makan bersama. Setelah itu Anira kembali ke kamar dan membaringkan tubuhnya yang sudah sangat lelah. Anira menatap langit langit kamarnya dan memikirkan bagaimana dengan kampus pertamanya nanti. Besok Papa dan Mama akan menemani Anira untuk ke kampus. Tak berapa lama Anira pun tertidur pulas.