Di kantin, Alana mengobrol dengan Maura, wajahnya terlihat kesal. "Gue sebel banget, Ra. Ketemu Kak Rayyan lagi di eskul seni."
Maura tertawa. "Dunia sempit banget, ya?"
Setelah makan, bel pulang sekolah berbunyi. Alana segera mengendarai motor dan pulang.
Namun, motornya mati mendadak di tengah jalan. Alana panik, lalu menepikan motor dan mengecek kondisinya. Motormya tidak mau menyala, terpaksa Alana harus mendorongnya untuk mecaru bengkel.
Saat mendorong motor, seorang pengendara berhenti di sampingnya. "Woy, ngapain lu?" tanya pengendara itu.
"Buta ya mata lo?! Motor gue mogok," jawab Alana kesal.
Pengendara itu turun dan membuka helm. Alana terkejut, ternyata Kak Rayyan.
"Lo tadi ngomongin gue apa?" Rayyan bertanya dengan senyum smirks.
Alana gugup. "Maaf, Kak, aku nggak tahu itu Kak Rayyan."
Rayyan menanyakan kondisi motor. "Kenapa motor lu?"
"Tiba-tiba mati," jawab Alana.
Rayyan tertawa. "Dasar cewek, cuma tahu isi bensin doang."
Alana memperlihatkan wajah kesal.
Rayyan menawarkan bantuan. "Gue kenalan bengkel, gue chat bentar lagi dia ke sini."
Alana lega. "Makasih, Kak."
Rayyan membeku, lalu berkata, "Lo ikut gue aja, jangan nunggu di sini. Hari udah mendung."
Alana ragu. "Tapi, Kak ..."
Rayyan memotong. "Naik!"