Setelah Alana merasa sedikit lebih baik, Rayyan membantunya duduk dan memberinya segelas air hangat. "Kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Rayyan dengan nada lembut.
"Sudah, terima kasih banyak, Rayyan," jawab Alana, merasa sedikit malu karena telah merepotkan ketua OSIS yang terkenal itu.
"Tidak masalah. Sekarang, aku akan mengantarmu pulang. Tapi sebelum itu, kita mampir ke kafe dulu, ya? Kamu harus makan sesuatu," kata Rayyan.
Alana mengangguk setuju. Perutnya memang terasa lapar. Mereka berdua berjalan keluar dari ruang UKS dan menuju parkiran sekolah. Rayyan membukakan pintu mobilnya untuk Alana, dan mereka segera meluncur menuju kafe terdekat.
Sesampainya di kafe, Rayyan memesan makanan untuk mereka berdua. Alana memesan sup ayam hangat, sementara Rayyan memesan nasi goreng. Sambil menunggu makanan datang, mereka mengobrol ringan.
"Kamu sering melewatkan sarapan, ya?" tanya Rayyan.
Alana mengangguk sambil tersenyum tipis. "Aku selalu terburu-buru setiap pagi."
"Itu tidak baik. Kamu harus menjaga kesehatanmu," kata Rayyan dengan nada tegas, tetapi penuh perhatian.
Alana mengangguk lagi. Ia merasa terkesan dengan perhatian Rayyan. Ia tidak pernah menyangka ketua OSIS yang terkenal dingin itu akan begitu peduli padanya.
Makanan mereka datang, dan mereka mulai makan dengan lahap. Alana merasa jauh lebih baik setelah makan sup ayam hangat. Ia menatap Rayyan dengan tatapan terima kasih.
"Terima kasih, Rayyan. Kamu sudah banyak membantuku," kata Alana tulus.