Jam telah menunjukkan pukul 17.00 wib, Alana dan murid-murid yang lainnya berhamburan keluar gerbang sekolah karena acara MPLS hari ini telah selesai dan akan dilanjutkan besok. Alana bergegas menuju ke parkiran untuk mengambil motornya. Alana mengendarainya melewati jalanan Bandung yang indah ditemani dengan angin sepoi-sepoi dan langit senja yang indah.
Sesampainya di rumah Alana segera memarkirkan motornya di garasi, setelah itu masuk ke kamarnya. Alana melihat ke tangan yang diperban oleh Rayyan ketua osis itu, terlihat senyum manis dari Alana sembari memegangi perban tersebut. Sepersekian detik Alana tersadar dan menepisnya, ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Malam telah tiba, Alana turun ke meja makan untuk makan malam, di sana sudah ada mama dan papa yang sedang duduk di meja makan. Alana segera menghampiri keduanya. Tidak ada sepatah dua patah dari keduanya, suasana sangat hening hanya ada suara dentingan sendok dan garpu. Setelah selesai, Alana membersihkan piring yang digunakannya dan segera kembali ke kamarnya. Seperti ini lah kehidupan Alana sangat sepi sejak kepergian adiknya, bahkan orangtua nya pun tidak mempedulikannya. Dahulu Alana selalu bermain bersama adiknya namun sekarang Alana selalu mengurung diri di kamarnya.
Alana memainkan ponselnya, tidak ada notifikasi dari orang lain yang ada hanya notifikasi grup saja. Alana membuka media sosialnya, mencari nama yang saat ini sedang ada dipikirannya. Tidak butuh waktu lama Alana menemukan akunnya, mata Alana terbelalak melihat pengikut Rayyan mencapai 15k padahal di akunnya hanya ada 2 postingan saja foto bersama keluarganya dan foto dirinya saat masih kecil, tetapi mengapa bisa sebanyak itu followersnya, jelas saja Rayyan sangat tampan dan terkenal di sekolahnya.