ARUMI, NIGHT IS BLUE

Je Yatmoko
Chapter #3

Bab 2: Percakapan Pertama

Juna

Alarm berbunyi sangat keras pada pukul 4 pagi. Juna terbangun dan melihat alarm nya, “Ini alarm error kali yak? Jam 4 kok udah bunyi?”. Lalu ia melihat tanggal di alarm nya, ia langsung terbangun, “HARI PERTAMA KERJA! YES!”. Juna dengan cepat masuk ke kamar mandi, membuka baju dan mandi, saat air pertama dicipratkan, ia kedinginan. Lalu memakai lagi baju dan celana nya dan keluar dari kamar mandi. Ia melihat jam. “Masih jam 4, nanti aja lah mandi, masih dingin banget”.

Ia akhirnya membuka handphone nya dan melihat ada puluhan panggilan tak terjawab dari Ana. Ia mengabaikan nya dan memilih untuk membuka aplikasi Instagram. Ia terpikir perempuan yang semalam baru saja jadian di café itu. Ia ingin tau kisah kelanjutan dari perempuan itu. Ia pun mencari akun instagram café nya dan melihat insta story nya dan ternyata, acara kemaren masuk ke insta story nya. Ia melihat ada foto ketika Arumi di peluk oleh Hatta dan ada nama akun mereka. Ia pun membuka akun nya Arumi dan ternyata akunnya di private.

Jam 5 pagi, adzan subuh berkumandang. Ia pun wudhu dan solat subuh, ia berdoa semoga hari pertama kerja ia diberikan kesan yang baik dari bos dan rekan-rekan kerja nya serta semoga hari ini ia tidak bertindak bodoh atau melakukan hal-hal yang memalukan. Karena, baginya, hari pertama kerja adalah hari dimana kita harus memberikan kesan yang baik kepada semua orang. Bila dari awal kita sudah memberikan kesan yang buruk, maka akan selamanya kita di ingat sebagai orang yang sangat buruk.

Setelah selesai solat subuh, ia dengan cepat mandi, gosok gigi 3 kali untuk memastikan kalau hari ini nafas nya tidak buruk. Lalu memakai kemeja terbaik yang dia beli di salah satu mall.Ia melihat dirinya di kaca memakai baju yang paling mahal yang pernah dia beli, padahal belinya juga pas lagi diskon besar-besaran. Masih juga terasa mahalnya bagi seorang Juna. Lalu ia mengambil parfum mahal bermerk yang kebetulan ia pinjam dari temannya untuk hari pertama kerja dan setelah itu ia berkaca lagi dan ia mengangguk, “Saatnya bekerja!”.

Ia keluar dari rumahnya dengan langkah yang mantap, ia melihat sekitar, berharap ada yang melihat dirinya bahwa Juna pada hari ini sudah tidak bisa diledek sebagai seorang pengangguran tak berguna lagi. Kali ini ia sudah bekerja di bidang akutansi dengan gaji yang sangat luar biasa untuk ukuran dirinya. Sayangnya, baru jam 6 pagi, belum ada yang keluar rumah pagi-pagi ini. Semua orang masih sibuk membangunkan anak-anaknya untuk berangkat ke sekolah.Meski kecewa, ya sudahlah. Yang penting mulai bekerja!

Ia mengecek motor antiknya dengan baik, takut tiba-tiba mogok lagi seperti kemarin. Ia tak ingin di hari pertama bekerja malah telat. Itu akan memberi kesan yang sangat buruk sekali. Lalu setelah mengeceknya selama 5 menit, ia memakai helm dan berangkat ke kantornya yang tempatnya ada di Batam Centre, tak terlalu jauh lah dari perumahan tempat ia tinggal.

Dalam perjalanan nya, ia melihat kembali gedung tempat kemarin ia dan Ana putus, ia sempat berniat untuk berhenti sejenak melihat apakah ada keramaian di bawah gedung, takutnya setelah ia tinggalkan Ana akan melakukan hal-hal yang tak terduga dari atap gedung. Namun tak sempat karena takut telat masuk kantor di hari pertamanya.

Juna sampai di kantornya. Kantornya ini seperti gedung perkantoran yang ada di Jakarta, tinggi dan penuh kaca-kaca dan tentu saja, penuh dengan orang-orang berkemeja yang sibuk di dalamnya.Ia berdiri di depan gerbang masuk dan melihatnya dengan sangat kagum, lalu satpam melihatnya dan menegurnya,”Selamat pagi, mas”. Juna melihatnya, “Selamat pagi, mas”. “Ada perlu apa ya?” Satpam itu sambil memperhatikan pakaian Juna.“Saya Juna, orang baru disini, pak” Satpam itu ber-oh panjang.“Kantor nya siapa ya pak?”Juna bingung, “Maksudnya kantor siapa? Ini semuanya kantor nya pak Achmad Widjaya, kan?” Satpam itu tersenyum, “Oh kalo Pak Achmad Widjaya itu kantornya cuma ada di lantai 4 aja mas, ini kantornya beda-beda tiap lantai” kini giliran Juna yang ber-oh panjang sambil mengangguk, ia melihat satpam itu dengan malu lalu tersenyum dan meninggalkan satpam tersebut.

Juna masuk ke dalam kantornya dan melihat banyak orang mengantri di depan lift. Pintu lift terbuka, ia dengan cepat berjalan masuk ke dalam lift sebelum dipenuhi oleh orang-orang lain. Ia akhirnya berhasil masuk meski terasa sesak sekali di dalam lift. Pertama lift berhenti di lantai dua, beberapa orang berdesak-desakan keluar, lalu berhenti di lantai tiga, beberapa orang lagi berdesak-desakan keluar sampai tak sengaja hampir membuat Juna ikut keluar dari lift dan akhirnya ia sampai di lantai 4, lantai nya dan ternyata hanya ia saja yang keluar dari lift itu.

Ia melihat kantornya itu, ruangan yang tak begitu luas ini dipenuhi dengan meja-meja kantor standar yang jumlahnya cukup banyak serta ada beberapa ruangan di kiri mereka, Juna berjalan melintasi meja-meja itu dan beberapa orang sedang sibuk membuka laptop mereka dan beberapa dari mereka sedang sarapan di meja nya. Lalu dari kiri, seseorang berambut tipis keluar dari ruangannya dan melihat Juna, ia memanggil Juna, ia menoleh dan diberi isyarat ke ruangannya, Juna mengangguk dan masuk ke dalam ruangannya.

Juna masuk ke ruangan HRD, pria bernama Pak Soleh itu duduk di kursi nya dengan nyaman dan mempersilahkan Juna untuk duduk. Soleh tersenyum, “Selamat kamu terpilih untuk bekerja di perusahaan ini ya, saya ngeliat kamu emang berbeda dari pelamar lainnya, makanya kamu kita pilih” Juna mengangguk tak mengucapkan apapun, karena ia sempat googling terlebih dahulu kalau berhadapan dengan HRD tak boleh mengucapkan apapun sebelum ia meminta kita berbicara. Hening sejenak. Pak Soleh berdiri, “Sini mari saya tunjukkan meja kerja kamu”

Juna dan Pak Soleh keluar dari ruangan, Pak Soleh berjalan ke meja kerja nya Juna yang terletak di samping meja milik seseorang yang belum datang. “Nah, ini meja kamu ya, ini nanti sebelah kamu namanya Arumi, kenalan aja nanti biar makin enak di kantor ini” Juna mengangguk lalu Pak Soleh masuk kembali ke dalam ruangan nya.

Lihat selengkapnya