Juna
Pagi hari ini, Juna berusaha membiasakan diri untuk tidak berbicara dengan Arumi dan sesekali, ia mengecek hape nya, siapa tau tiba-tiba Ana menelpon nya, ya mungkin saja kan? Namun ternyata tidak ada pesan suara ataupun chat dari siapapun yang ia harapkan pada pagi hari ini.
Seperti biasa, Juna sholat subuh, lalu membuat sarapan untuk dirinya sendiri, mandi, bersiap-siap ke kantor, mengecek motornya terlebih dahulu dan ia siap berangkat ke kantor. Sampai di kantor, ia menaiki lift dan ternyata ada Arumi di sampingnya, mereka berdiri bersamping-sampingan berdesak-desakan dengan orang.
Turun di lantai 4, mereka berdua keluar dan tak saling berbicara sama sekali seperti orang yang tak saling kenal. Beberapa orang menyapa mereka berdua, namun ada juga yang berbisik-bisik, ini tak seperti biasanya karena yang mereka tau adalah Arumi dan Juna sudah berteman baik untuk beberapa hari ini.
Meski terlihat sangat jelas mereka seperti sedang dibicarakan oleh orang-orang lain, mereka terlihat sama-sama tak peduli. Mereka duduk di kubikel mereka masing-masing dan sama-sama memakai earphone dan fokus bekerja. Orang lain melihat kejadian ini sangat aneh, apakah mereka musuhan? Atau jangan-jangan Juna dan Arumi berpacaran dan sekarang mereka sedang di fase dimana Juna dan Arumi sedang bertengkar?
Jam 10 pagi, Pak Soleh keluar dari ruangannya, ia berjalan ke kubikelnya Juna dan Arumi, “Juna, Arumi”. Kedua orang yang dipanggil Pak Soleh menoleh, “Ya pak?” Tanya Juna. “Kalian berdua ke ruangan saya segera” perintah Pak Soleh.Juna dan Arumi serentak mengangguk, lalu Pak Soleh masuk lagi ke ruangannya.Juna dan Arumi saling pandang-pandangan. Tampaknya, ada orang-orang kantor disini yang risih dengan permusuhan mereka ini, entahlah, atau memang karena Pak Soleh memperhatikan apa yang terjadi pada mereka berdua belakangan ini.
Juna dan Arumi berdiri dari kubikel mereka dan berjalan ke ruangan Pak Soleh, mereka hanya saling tatap-tatapan seperti saling salah menyalahkan tanpa berbicara sama sekali dan Juna mengetuk pintu ruangan Pak Soleh. “Iya langsung masuk saja!” perintah Pak Soleh dari dalam ruangannya.Mereka berdua masuk ke dalam ruangan Pak Soleh.“Silahkan duduk” kata beliau.
Juna dan Arumi duduk di kursi yang sudah di sediakan.Pak Soleh mengambil sesuatu dari lantai nya, “Sebentar ya”. Ternyata ia mengeluarkan dua botol air mineral. Lalu menaruhnya di meja, “Ini, minum aja”.Juna dan Arumi serentak mengangguk, tetapi mereka tak menyentuh botol air mineral itu, mungkin hanya sekedar formalitas kesopanan saja.Namun Pak Soleh masih diam, ternyata memang Pak Soleh menunggu mereka menyentuh botol air mineral itu.Akhirnya, mereka mengambilnya dan meminumnya sejenak dan menaruh kembali botol air mineral itu di meja.
“Oke, jadi, saya sebagai HRD wajib memanggil kalian kemari.Kalian tau kenapa kalian berdua saya panggil?” mereka berdua serentak menggeleng. Pak Soleh menghela nafas, “Saya dapat laporan dari salah satu karyawan yang tampaknya…apa ya bilangnya? Dia melihat ada ketidakwajaran dalam hubungan kalian hari ini dan kemarin.Kalian seperti sedang marah-marahan, saya takut, dengan apapun konflik yang sedang kalian alami berdua saat ini, takut akan menurunkan kinerja kalian berdua dan juga akan menghilangkan semangat bekerjasama kalian, apalagi, kalian berdua ini duduk nya samping-sampingan”.
Mereka berdua masih belum berbicara, “Jadi, maaf bila mencampuri urusan personal kalian berdua, namun, saya harus tanyakan ini. Kalian berdua berpacaran?”.Sontak Juna dan Arumi menggeleng serentak. Pak Soleh tertawa kecil, “Kalian enggak berpacaran tapi kenapa kompak banget menggeleng nya ya?”.Mereka berdua tersenyum kecil.
“Jadi, mungkin, salah satu dari kalian bisa ceritain sedikit aja, kenapa kok tiba-tiba kalian diem-dieman kaya gini?Siapapun?Juna atau Arumi?” yang di tanya oleh Pak Soleh saling tatap-tatapan, seperti memberi kode suruh-suruhan, tapi tak ada yang mau sama sekali. Pak Soleh tertawa lagi, “Aduh, kalau saya liat sekarang ini, saya jadi inget masa-masa saya waktu baru awal-awal nikah tuh. Ada masalah, kita ke psikiater spesialis pernikahan, pas disuruh saling cerita malah saling suruh-suruhan cerita hahahaha”.
Mereka tersenyum kecil lagi. “Yaudah, gimana nih? Ada yang mau cerita?Kalau enggak, permasalahan kalian berdua enggak terselesaikan, saya takut malah ntar salah satu dari kalian ada yang harus dipindahkan, daripada hubungan apapun yang kalian jalani malah makin bikin kinerja kalian di perusahaan ini makin ancur”.
Arumi menghela nafas, “Saya mau bercerita pak”.Juna melihat ke Arumi.“Oke, boleh…” kata Pak Soleh, “Silahkan” tambahnya. “Tapi boleh nggak, cuma saya sama bapak aja yang denger, Juna enggak usah? Tanya Arumi. Pak Soleh tersenyum, “Kenapa? Kamu takut Juna marah?”. Arumi hanya diam. Pak Soleh mengangguk, ia melihat ke Juna, “Yaudah, Jun, kamu tunggu aja di luar ya, balik kerja dulu, nanti saya panggil kamu kalau Arumi udah selesai cerita, oke?” Juna mengangguk lalu ia keluar dari ruangan.