Hatta
Jam setengah empat sore, Hatta terlihat kesal di kubikelnya. Rekan kerja nya, Nico yang duduk di sebelahnya melihatnya. “Kamu keliatan kesal, kenapa nih?” tanya nya. Hatta menggeleng, “Gak ada apa-apa kok”. Nico tertawa, “Asli kaya cewe banget deh. Ini pasti ada hubungannya ama pacar kamu itu, siapa nama nya? Lupa”. “Arumi, mas” jawab Hatta. Nico mengangguk, “Nah itu, kalian pasti lagi ada masalah kan?”.
“Iya mas, aku curiga dia selingkuh”
“Yakin kamu?”
“Ada anak baru di kantornya, Namanya Juna, mereka berdua itu deket”
“Tapi itu bukan berarti dia selingkuh kan?”
Hatta terdiam, ia mengangkat kedua bahunya. “Yaudah gini aja, kamu kasih kartu absen kamu ke aku, terus sekarang kamu bawa mobil mu ke depan kantor dia. Kasih surprise tiba-tiba kamu ada di depan kantornya”. Hatta kaget, “Emang boleh mas aku keluar sekarang? Masih jam 4 lewat loh ini”. Nico memegang bahu Hatta, “Denger ya, Ta. Aku dulu pernah gagal nikah sekali karena ternyata pasangan ku selingkuh dan aku gak tau. Aku sakit hati nya masih kerasa sampai sekarang. Aku gak mau kamu kaya aku. Jadi, kalau kamu masih sayang sama Arumi mu itu, ya lakukan itu. Aku akan berusaha sebisa mungkin bantu kamu, aku nggak mau ada orang-orang sakit hati lainnya seperti aku”. Hatta terdiam, ia tersenyum, ia berdiri, membereskan meja nya, melihat sebentar ke Nico, ia menyerahkan kartu nya, “Makasih ya, mas?”. Nico mengangguk.
Hatta keluar dari kantornya, masuk ke mobil nya, menghidupkan mesin mobilnya, ia menghela nafas, berdoa dalam hati semoga Arumi memang benar-benar mencintai nya dan sedang tak bersama dengan Juna saat ia sampai di depan kantor Arumi nanti. Setelah mengaminkan doa nya, mobil Juna bergerak.
Kantor Hatta dengan kantor Arumi bisa dibilang jaraknya tidak terlalu jauh, bila berjalan kaki ada lah sekitar 30 menitan, bila menggunakan motor atau mobil, 10 sampai 15 menitan ada. Namun, karena kantor Hatta dengan Arumi terletak di pusat kota yang mana bila sudah pukul setengah 5 sore, jalanan akan sangat macet sekali dipadati oleh motor-motor para pekerja industri yang pulang kerja shift siang. Hatta melihat jam nya, Arumi biasa pulang jam 5 kurang, ia takut sesampai disana, Arumi sudah pulang dan rencana nya gagal serta pengorbanan Nico jadi sia-sia.
Jam 16.50 WIB, Hatta sampai di parkiran kantor nya Arumi, ia melihat mobil Arumi masih terparkir, ternyata ia belum pulang! Hatta pun memarkirkan mobilnya di samping mobil Arumi. Ia keluar dari mobilnya dan berdiri di samping mobil Arumi. Ia mengambil hape nya dan menelpon Arumi.” Mereka berdua tersenyum kecil.
pa kompak banget menggeleng nya ya?”aarus tanyakan ini. Kalian berdua berpacaran?”uk nya sampi
“Halo, Arumi?”
“Kenapa?”
“Aku ada di samping mobil kamu”
“Hah? M-maksudnya?”
“Iya, aku ada di parkiran mobil kamu”
“HAH?”
Klik! Panggilan telpon terputus, tampaknya, Arumi panik. Apakah jangan-jangan Arumi saat ini sedang bersama Juna sampai ia se-panik itu?
Arumi
Telpon diputuskan oleh Arumi. Ia kini panik, apa jangan-jangan Hatta akan memarahi nya sampai ia rela keluar dari kantor nya untuk menemui nya secara mendadak? Kini Arumi panik, ia dengan cepat membereskan meja nya. Lalu ia melihat meja sebelahnya, Juna, sedang kosong, ia sedang masuk ke ruangan nya Pak Anton.
Arumi pun memanggil Arya, yang dipanggil datang, “Apanih?” tanya nya. “Bisa bantuin absenin gak?” tanya Arumi. “Lagi buru-buru banget nih” tambah nya. Arya mengangguk, Arumi memberikan kartu nya lalu dengan cepat ngibrit ke lift dan memencet tombol turun berkali-kali sambil memikirkan apa yang akan dikatakan oleh Hatta dan ia sedang memikirkan strategi bagaimana cara menghindari perkelahian dengan Hatta di depan umum.