Hatta
Arumi keluar dari café itu, suasana hening. Orang sekitar melihatnya, “Jadi, nggak jadi nih?” tanya salah satu orang yang ada di restoran itu ke Hatta. Ternyata, Hatta hendak melamarnya di restoran itu dan orang-orang yang ada di café itu adalah teman-teman kantor nya Hatta semua yang nanti nya, kalau sesuai dengan rencana nya, maka ia akan memakaikan cincin ke Arumi, lalu semuanya akan bersorak sorai dan teman-temannya akan memberikannya bunga yang memang sudah dipersiapkan dari awal. Dan tentu saja, sebuah percakapan kecil yang panjang bisa merusak segala nya.
Semua masih menunggu jawaban Hatta, yang ditanya masih terdiam membeku, dalam pikirannya semua nya kacau, apa yang ia pikirkan sampai sampai saat sedang akan melamar Arumi sampai sempat-sempatnya untuk mengungkit soal pekerjaan nya dan tentu saja soal Juna. Ya, Juna, dialah penyebab semua nya ini. Juna, dia adalah penyakit dari hubungan mereka yang seharusnya bisa menjadi sangat sehat. Juna, dasar kurang ajar pria itu, bisa-bisa nya Arumi jatuh hati ke Juna. Bisa-bisanya!
Hatta melihat sekitar, teman-teman kantor nya melihatnya, Nico lalu duduk di depan nya dan menggeleng-geleng, “Kok bisa sih, Ta? Kok bisa kamu tiba-tiba mau ngelamar dia dan bukan nya bahas yang bagus-bagus aja terus malah ngebahas temen kantornya? Parah banget sih sampai se-posesif itu”.
Hatta melihat Nico yang raut wajahnya terlihat sangat kecewa sekali, “Ya, gue enggak bisa diam aja ngelihat apa yang terjadi hari ini, Nic, bayangin aja, pacar kamu jalan sama temen se-kantor nya yang deket banget, banyak yang bilang mereka cuma sahabatan, tapi pernah nggak di dunia ini ada cowo dan cewe cuma sekedar temenan doang? Mana ada! Pasti diantara mereka berdua ada yang punya perasaan suka, kalau enggak cowo nya, ya cewe nya. Nah aku takut kalau ternyata yang punya perasaan suka itu…Arumi”
Nico menghela nafas, ia siap-siap akan mengeluarkan kalimat bijak nya yang sakti, “Gini ya, Ta. Aku kenal kamu, aku kenal Arumi, toh, aku yang waktu itu ngenalin kamu sama Arumi karena aku akrab sama ayah nya Arumi. Jadi, aku tau banget dia dan aku kasih tau kamu ya, Ta. Arumi itu, cinta sama kamu, Ta. Cinta banget sama kamu, bukan sama Juna. Tapi masalahnya…apa ia masih akan mencintai kamu kalau kamu masih enggak sadar dia enggak bisa nyaman sama kamu karena kamu itu posesif? Inget, Ta, dalam sebuah hubungan itu diperlukan dua-duanya, cowo dan cewe, itu sama-sama saling mengerti, bukan karena kamu cowo dan kamu pemimpin itu artinya, kamu terus-terusan yang harus dimengerti, cewe juga! Dan dalam sebuah hubungan, harus ada rasa kenyamanan bersama bila ingin terus melanjutkannya”
Hening sejenak, “Iya tapi gimana aku mau ngerti, Nic? Yang cewe nya aja nggak ngertiin aku, aku cinta sama dia, tapi dia cinta sama orang lain yang setiap hari dia temui di kantornya, masa aku mau ngertiin dia? Yang ada malah pacar ku malah di embat sama dia, Nic, kan bahaya” balas Hatta.
“Gini gini, Ta. Aku itu udah pernah nikah sekali, Ta. Dan kamu tau banget, pernikahan ku gagal total, baru 8 bulan aku nikah sama Wulan, ternyata kami cerai. Kebanyakan orang bilang karena ada KDRT di rumah kami, sebenarnya nggak, yang bener adalah karena kami berdua itu sama-sama egois, sama-sama enggak mau saling ngerti karena kami berdua punya dua pemikiran yang berbeda yang ternyata enggak bisa disatukan. Cinta aja nggak cukup untuk membuktikan kalau kamu layak menikah dan hidup bersama. Nggak, Ta, itu nggak cukup. Kamu bilang kamu cinta sama Arumi, tapi, itu aja enggak akan cukup, Kamu, harus bisa ngerti sama dia, kamu harus ngalah sama dia, tapi itu bukan berarti kamu harus ngalah terus, nggak, kamu harus tau waktu kapan kamu ngalah, kapan kamu enggak egois, kapan kamu bisa protektif dan banyak lagi” Nico mengambil nafas sejenak, ia mengambil minuman Arumi yang belum disentuh sama sekali dan meminum nya.
Hatta kini terdiam, ia berusaha memasukkan dan mencerna semua kata-kata nya Nico satu per satu, “Te-terus, aku harus apa?” tanya Hatta yang kini kebingungan. “Kamu, harus ngelakuin apa yang dari dulu enggak pernah aku lakuin” kata Nico. Hatta melihatnya, “A-Apa?” tanya nya dengan sangat penasaran. “Kamu harus minta maaf, tapi, minta maaf nya bukan sekedar kata-kata aja, tapi minta maaf dengan kesungguhan, minta maaf atas segala hal yang telah kamu perbuat selama ini, pokoknya, kamu harus secara tulus menghapus sifat egois dan posesif mu itu dengan cara meminta maaf dari hati yang sungguh-sungguh”
Detik itu juga, Hatta mengambil hape nya dan menelpon Arumi, namun tak diangkat-angkat, ia menelponnya berkali-kali, namun, ia tak mengangkat telponnya. Ia pun mencari di kotak nya dan menelpon Juna, namun ternyata, Juna pun sama, tak mengangkat telponnya sama sekali.
“Ta” panggil Nico. Hatta melihat Nico, “Minta maaf ke dia jangan lewat telpon, itu seperti enggak sungguh-sungguh sama sekali minta maaf nya”. “Jadi, gimana?” tanya nya. Nico menghela nafas, “Ya, kamu harus cari dia, cari kemana pun dia pergi dan sesaat kamu ketemu sama dia, pastikan kamu sudah komitmen sama diri mu sendiri kalau kamu siap menghapus rasa egois dan posesif dalam diri mu, oke?”.