ARUMI, NIGHT IS BLUE

Je Yatmoko
Chapter #15

Bab 14: Percakapan Pantai

Hatta

Hatta sampai di komplek perumahan nya Arumi. Sampai di depan rumahnya Arumi, ia tak langsung turun, ia pun mengambil hape nya terlebih dahulu, lalu menelpon Arumi. Sama sekali tak diangkat, mobil nya pun tak ada. Pergi kemana dia? Tanya Hatta dalam hati. Ia pun menelpon Arumi lagi untuk kedua kalinya, namun lagi-lagi, tak diangkat olehnya.

Ia pasrah, akhirnya ia keluar dari mobilnya dan terdengar keributan dari dalam rumah nya Arumi. Ia dengan rasa takut berdeham, “Assalamualaikum” sapa nya. Lalu hening sejenak, mama Arumi keluar dari rumah. “Eh, nak Hatta. Ada apa ya?” tanya nya dengan sangat ramah kepadanya.

Hatta tersenyum, “Arumi nya ada, bu?” tanya nya. Raut wajah mama nya Arumi berubah menjadi heran, “Loh tadi dia baru aja pergi dengan mobil nya”. Hatta bingung, “Barusan? Kemana dia ya bu kalau boleh tau?”. Mama nya Arumi mengangkat bahu, “Dia sih enggak bilang kemana, tapi, saya kira, dia pergi ke rumah kamu loh”. Hatta kaget, “Eh, enggak bu, justru saya nyariin dia tadi…”

Hening, “Oh iya bu, kalau gitu, berarti tadi Arumi udah pulang ya sebentar? Dia pulang dianter siapa ya bu?” tanya Hatta. Mama Arumi makin kaget, “Loh bukannya tadi dia pulang dianter sama kamu?”. Hatta terdiam sejenak, “Nggak bu, dia tadi enggak pulang sama saya, soalnya tadi kita…ada…uhm, kita tadi berantam bu, ada masalah besar, makanya tadi dia keluar dari restoran terus abis itu ngilang gitu aja, makanya nih saya khawatir takut nya dia kenapa-napa”.

Mama nya mengangguk, “Dia aman kok, kamu bisa pulang aja, nanti dia juga balik, mungkin tadi dia mau ke ATM mungkin, mau beli barang, gatau lah, dia juga enggak bilang apa-apasih”. Hatta mengangguk, “Ya sudah bu, terima kasih, saya pamit pulang dulu ya”. Hatta mencium tangan mama nya Arumi, mama nya mengelus kepala Hatta, “Nak, kalau kalian ada masalah, selesaikan secara dewasa, kamu juga harus meminta maaf agar sama sama bisa melunturkan ego kalian. Ingat, komitmen kalian dalam menjalin hubungan, kalian sudah dewasa, bukana anak-anak lagi, ingat itu”. Hatta mengangguk.

Ia pun masuk ke dalam mobil nya, hening sejenak. Kini, Hatta sedang berada dalam titik penyesalan. Segala sifatnya justru merusak segala hal yang ia sayangi. Sekarang, ia tak tau kemana Arumi pergi dan bahkan orang tua nya pun juga tidak tau kemana Arumi. Sekarang, ia menyadari bahwa diri nya sudah kelewat batas dan pertengkaran tadi merupakan titik puncak pertengkaran terbesar mereka berdua.

Arumi, dimana pun kamu saat ini, aku minta maaf, aku minta maaf kata Hatta dalam hati. Ia berniat malam ini untuk mencari berkeliling sekitaran Batam untuk mencari kemana Arumi pergi, toh, tebakan dia tidak mungkin Arumi pergi terlalu jauh dari sekitaran sini. Mungkin benar, ia hanya sekedar ke ATM yang memang tempatnya agak jauh dari komplek perumahannya ini.

Mobil Hatta pun pergi meninggalkan rumah Arumi, pergi entah kemana tanpa tujuan yang jelas.

Arumi

Mobil Arumi berjalan. Juna melihat keadaan di luar, “ternyata, malam kaya gini Batam masih rame dengan orang-orang yang jalan-jalan di luar ya?”. Pertanyaan semacam ini adalah pertanyaan retorik, Arumi tau itu, hanya sekedar basa-basi untuk mengisi kekosongan yang terjadi sesaat setelah Juna menaiki mobilnya.

Arumi membuka percakapan, “Malam ini, di rumah ku banyak sekali masalah, bukan cuma rumah ku aja, diri ku juga, sedang banyak masalah. Makanya kamu aku ajak, aku butuh teman dalam rencana pelarian ku malam, aku enggak bisa ngelewatin malam ini sendirian. Enggak yakin bakal kuat”. Juna terdiam, ia hanya melihat Arumi dan membiarkan dirinya terus berbicara.

Lihat selengkapnya