ARUMI, NIGHT IS BLUE

Je Yatmoko
Chapter #18

Bab 17: Lampu Taman Kota

Juna

Taman kota pada tengah malam menjelang pagi ini ternyata tidak terlalu ramai, namun masih ada beberapa orang yang duduk di sini sambil sesekali merokok, ada juga yang sedang memotret keadaan malam hari di taman kota dan ada pula yang sekedar duduk-duduk saja menikmati angina malam yang cukup dingin disini.

Juna dan Arumi duduk di salah satu bangku taman, pemandangan di depan mereka adalah lapangan yang luas yang biasanya dipakai oleh walikota untuk mengadakan acara rutin senam pagi tiap hari minggu atau untuk acara-acara besar yang melibatkan banyak orang seperti upacara hari kemerdekaan atau apalah, namun, mala mini semuanya terasa lenggang sekali, orang yang sedang ada di sekitar taman kota tak berminat untuk sekedar duduk atau berdiri di lapangan yang luas itu.

Dalam keheningan mereka duduk, kini teman mereka hanya lampu taman yang kebetulan pas sekali menyorot pas diatas kepala mereka. Juna meminum air mineral yang tadi ia beli di warung lalu menyandarkan badannya ke bangku taman dan melihat sekitar, “Ternyata enak juga ya tempat ini kalau lagi sepi-sepi nya banget, damai aja gitu, enggak ada manusia manusia yang biasa suka lari pagi disini terus kadangkala suka buang sampah sembarangan”. Arumi mengangguk setuju, “Iya sih, kadang aku juga suka risih kalo ngeliat ada manusia yang buang sampah sembarangan seenak hati nya di sekitaran sini, pengen dipukulin aja gitu rasanya”.

“Tapi, menurut kamu salah nggak sih kalau orang buang sampah sembarangan sementara di sekitaran mereka itu enggak disediain tong sampah?” tanya Juna. Arumi berpikir sejenak, “Ya tetap aja dong salah, kan mereka punya kantong celana, bisa dimasukkin dulu ke kantong celana nya, terus nanti kalau udah ketemu tong sampah, tinggal dikeluarin aja dari celana nya, gitu aja ribet”. “Tapi gimana kalau dia enggak punya kantong celana? Atau kalaupun ada, sampah yang mau dia buang itu kotor? Kaya misal dia abis makan es krim gitu terus kantong sampahnya kotor kena-kena lelehan es krim nya?” tanya Juna lagi. “Ya, tinggal di pegang aja kali sampahnya, kok segalanya mau diribetin demi bisa buang sampah sembarangan” jawabnya.

Juna melihat jam di hape nya, “Malam udah larut banget nih, kamu masih enggak mau pulang nih?”. Arumi menggeleng, lalu ia melihat ke Juna, “Perasaan dan pikiran ku masih terlalu kacau untuk bisa pulang dalam keadaan tenang, Jun. Lagian, tumben nih nyuruh aku pulang. Udah gak mau ditemenin lagi nih?”. Juna meminum airnya lagi, “Enggak gitu, aku cuma takut aja gitu ntar dikira orang tua mu, kamu lagi diculik sama mas-mas gak jelas yang motornya tadi ditinggal entah dimana”. Arumi tertawa kecil, “Ya kan emang kenyataan nya aku lagi diculik ama mas mas gak jelas nih”. “Yeh, kamu loh tadi yang ngajakin aku naik mobil kamu, jadi, kamu yang nyulik aku” kata Juna.

Hening sejenak, “Tapi kamu enggak kasihan sama orang tua mu? Siapa tau mereka sekarang lagi nyari kamu, mana kamu juga enggak ada izin sampai malem malem kan?” kata Juna. “Udah lah, Jun. Aku lagi enggak mau bahas bahas mereka dulu lah, toh, mereka juga lagi ada masalah sendiri” kata nya dengan ketus, “Lagipula, kalau kamu emang udah enggak mau temenin aku enggak apa-apa, kalau kamu nyuruh aku pulang, yaudah, aku pulang aja nih sendiri” katanya.

Arumi berdiri, ia berjalan ke kegelapan, lampu taman kini hanya menyorot Juna, “Eh mbak, jalan sendirian malem-malem gelap gelap gitu hati-hati loh mbak, ntar diculik sama genderuwo loh”. “Biarin aja, daripada diculik sama mas-mas gak jelas mau nya apa” balas Arumi. Lalu Arumi menghilang dalam kegelapan, namun Juna masih duduk di bangku nya sambil bersandar.

Terdengar suara badan jatuh, “Aduh!” itu suara Arumi mengaduh, ia tampaknya baru saja jatuh. Juna dengan cepat berdiri dan mencari dimana Arumi barusan jatuh, ia menghidupkan hape nya dan mencari senter, lalu setelah senter menyala terlihatlah Arumi yang terduduk di tanah. “Enggak apa-apa kamu?” tanya Juna. Arumi mengangguk, “Nggak apa-apa kok, kesandung batu doang, enggak ada yang luka”.

Juna mengulurkan tangannya, “Makanya mbak, dibilangin jangan jalan sendirian, apalagi jalannya di tempat yang gelap gitu, udah jelas-jelas ada yang terang disini di dekat lampu taman ini, masih juga mau jalan sendirian, untung aja genderuwo nya enggak jadi nyulik loh, yang ada kasian dia ngeliat si mbak”. Arumi tertawa, “Yah, padahal saya pengen loh diculik genderuwo daripada diculik sama mas”.

Lihat selengkapnya