Arunika

Wangi Gitaswara
Chapter #1

Kesendirian Adalah Teman Baik

Arunika termenung sejenak setelah mendengar gelegar petir. Lima tangkai bunga Eustoma yang sedang dirangkainya dibiarkan tergeletak di atas meja, kemudian ia meraih cardigan rajutnya dan bergegas ke arah pintu untuk membalik papan tanda yang tergantung: TUTUP. Sambil mengenakan cardigan, ia kembali ke tempat duduknya dan melirik ke arah jam dinding. Baru jam tiga sore, namun ia terpaksa menutup tokonya lebih cepat. Raut wajahnya mendadak sendu, seolah memantulkan langit di luar yang kian gelap.

And time goes by.. So slowly..

And time can do so much..

Are you still mine?

Lagu Unchained Melody berkumandang selagi ia membereskan gunting dan meletakkan bunga ke dalam vas. Ia lalu merebahkan kepala di atas meja, sambil memandangi tembok yang berhiaskan deretan tanaman sukulen dan beberapa catatan post-it dari pengunjung yang pernah datang ke toko bunga kecil miliknya.

Toko Bunga Arunika.

Berada di lokasi yang cukup jauh dari pusat kota bukannya tanpa alasan, Arunika tidak pernah ingin toko bunganya terlalu ramai, terlebih ia tidak merasa membutuhkan bantuan pegawai. Dengan area yang tidak begitu luas, ia sudah merasa cukup ramai berkawan dengan tanaman-tanaman kesayangannya; Hydrangea, Orchid, Eustoma, Carnation, Calla Lily, Anemone, Mimosa Pudica, dan masih banyak lagi tanaman yang jarang tersedia di toko-toko bunga pada umumnya.

Meski begitu, ia tetap menyediakan sebuah sofa kayu dan beberapa kursi kecil di dekat pintu masuk. Kursi-kursi yang belakangan ini sering ditempati oleh orang-orang yang berkunjung ke toko bunganya dengan sebuah maksud tersembunyi; untuk berteduh dan menunggu hujan reda.

Mengucapkan selamat jalan pada pengunjung yang melangkah keluar tanpa membeli apapun ialah hal yang wajar, namun Arunika tahu betul bahwa baginya, untuk berlama-lama berada di dalam satu ruangan bersama orang asing bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan.

Ia mudah merasa tidak nyaman jika harus meminum secangkir teh seorang diri tanpa menawarkannya pada orang yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat duduknya. Ia mudah merasa tidak nyaman untuk ikut mendengar percakapan yang sesungguhnya tidak betul-betul ingin ia dengarkan. Ia mudah merasa tidak nyaman setiap kali kesendiriannya terusik, namun ia juga merasa tidak nyaman untuk menyaksikan kesendirian orang lain.

Setiap harinya, Arunika selalu menghadapi setidaknya satu konflik batin yang mengharuskan dirinya untuk memilih; untuk mengikuti apa yang ia pikirkan, atau mengikuti yang ia rasakan. Namun hari itu, Arunika sudah mantap memutuskan untuk menutup tokonya setiap kali turun hujan, dan akan seperti itu untuk seterusnya. Setidaknya, seperti itulah rencananya.

Lonely rivers flow.. To the sea..

Lihat selengkapnya