Arwah Cinta Van der Ham

Ikhwanus Sobirin
Chapter #13

Telur Bacem Cemburu

"Belum usaikah drama ini wahai, Tuhan? Kau ciptakan lelaki sebagai aktor? Dan aku aktris lawan mainnya? Akankah kesetiaan sabar menunggu? Atau justru sampai di sini saja?"

🍂🍃🍁

"Sabarlah, Dik! Aku masih terus berusaha," alasan Mas Iqbal melalui sambungan telepon.

"Usaha apa lagi, Mas?!" Emosiku mulai mengular.

"Aku tidak bisa bilang sekarang, demi kamu aku akan terus berusaha, Dik." Dia mencoba membuatku percaya.

"Ah, nggak usahlah, Mas! Aku sudah lelah dengan semua ini!"

"Percayalah padaku, Dik. Kamu pasti akan bahagia bersamaku kelak."

"Sudah sembilan bulan, Mas! Harusnya rongga di perutku ini sudah tumbuh benihmu. Tetapi kenyataannya apa?!"

"Bersabarlah, Dik. Allah tengah menguji kita," tukas Mas Iqbal.

"Menguji bagaimana, Mas? Jelas-jelas Mas Iqbal sudah tidak mampu lagi menjadi lelaki utuh!"

Aku mematikan telepon. Karena kalau setiap waktu harus melayani debat, bisa-bisa nafsu makanku hilang, lalu tubuhku ringkih dan tak berisi lagi. Aku tambah merugi banyak nanti.

Ah, biarlah Mas Iqbal melakukan apa pun di sana. Sementara, pikiranku fokus dulu ke dapur. Memastikan semua sajian untuk konsumen Warung Pecel Bu Ayu rasanya tetap sama, terjaga kualitasnya. Bergulat di dapur, seperti biasa, aku ikut mengambil bagian pekerjaan bersama para koki. 

Aku menuju gudang bahan baku. "Nik, aku ambil gula merah, yah. Sama nanti siang ada kiriman beras. Tolong kamu handle, yah." Bulatan gula jawa atau gula merah kupungut dari dalam karung. Setelah kutimbang, lantas kumasukkan ke keranjang. Keluar dari gudang bahan baku, sepanci besar telur rebus menantiku.

Pecel memang nyawa utama. Namun demikian, Warung Pecel Bu Ayu punya lauk juara yang bahkan wisatawan dari Palembang ke Batu, menyempatkan mampir ke sini hanya demi mencicipi kelezatan telur bacem khas Bu Ayu.

Dalam sehari, puluhan kilo telur bacem ludes menemani pecel legendaris, disamping tempe bacem dan tahu bacemnya. Apalagi pas weekend begitu, bisa-bisa 50 kilogram ludes tiada sisa.

Setelah 10 menit bulatan telur merendamkan dirinya ke dalam letupan air mendidih, Leni mulai mengentasnya satu persatu untuk kemudian dia pindah ke wadah baskom berisi air dingin.

Lihat selengkapnya