Arwah Cinta Van der Ham

Ikhwanus Sobirin
Chapter #18

Lelaki, Bagai Beras yang Kukoleksi

"Cinta ibarat karbohidrat di dalam beras. Dibutuhkan demi menggerakkan kehidupan."

🍂🍃🍁

Senja sebentar lagi akan menggulung malam. Matahari akan hilang digantikan rembulan. Rembulan ibarat perempuan. Matahari adalah laki-laki. Rembulan tak akan menjadi indah bercahaya jika matahari tak memberinya kehangatan.

Sembari menanti sang raja hari itu benar-benar tenggelam di sudut langit barat, aku bersama Surti mengisi jeda waktu dengan memasak. Potongan terong ungu yang sudah kucuci bersih Surti goreng dengan api kecil di sebuah wajan besar yang minyaknya sudah meletup-letup. Di sudut lain, di atas meja keramik tempat iris-iris, aku menyiapkan bumbu berupa kacang tanah goreng, tomat yang sudah aku goreng setengah matang, cabe rawit, terasi udang, gula, garam, dan micin. Nanti akan kuuleg bersama-sama semuanya sampai lumat. Kemudian, terong goreng yang matang siap dipenyetkan di atasnya. Uh, pasti nikmat sekali. Menu sederhana namun mewah bagiku.

Sementara, aroma beras setra ramos sudah menguap dari lubang uap magic com. Aroma khas nasi tanak makin membuat perutku bernyanyi riang semenjak tadi tutup warung. Jam 4 sore Warung Pecel Bu Ayu sudah tutup. Aku tinggal pulang lebih dulu tadi. Biar Pak Suwoyo dan anak-anak yang membereskan semuanya; bersih-bersih, menyiap bahan masak untuk esok hari, dan mengunci pintu warung.

Perihal nasi, aku suka sekali berekreasi rasa. Kecuali jenis nasi yang dipakai di warung kami, dari zaman Pak Soekarno hingga zaman Pak Jokowi ini, kami tetap konsisten memakai beras jenis rojo lele dari Cik Meme yang sekarang perusahaan dagangnya bernama CV Gula-Gula itu. Hubungan kami dengan Cik Meme cukup akrab. Semisal saat hari raya Imlek begitu, Cik Meme acapkali mengirimi kami bermacam-macam hadiah. Ada souvenir patung naga, angpao, manik-manik, hingga kue keranjang dengan jumlah seombyok. Biasanya, hadiah-hadiah dari Cik Meme aku bagikan ke karyawan di warung.

Khusus di dapur pribadi ini, aku menyediakan aneka jenis beras untuk konsumsi sendiri. Dapur set dengan banyak laci di bagian bawah sengaja kugunakan menyimpan aneka beras dan bahan baku memasak lainnya.

Yang pertama, aku menyediakan jenis beras bernama rojo lele. Beras yang satu ini bentuknya sedikit bulat dan putih bersih. Konon, asli dari Jawa Timur sendiri. Jika sudah matang, teksturnya pulen dan tidak terlalu wangi. Cocok buat yang tidak suka nasi berbau wangi. Kenetralan aromanya pas sekali digabung dengan sayuran pecel.

Jenis beras yang kedua yang aku gandrungi bernama beras pandan wangi. Konon, asalnya dari daerah Cianjur. Ukuran bulirannya tidak terlalu panjang. Sesudah ditanak, wangi sekali mirip aroma daun pandan. Pulennya maksimal.

Ketiga, diriku mengoleksi jenis beras bernama menthik wangi. Warna berasnya memang agak kusam. Namun menurut para ahli gizi, beras jenis ini sangat rendah gula. Pas sekali dikonsumsi penderita oleh para penderita diabetes mellitus yang memang disarankan mengkonsumsi makanan rendah gula.

Yang keempat, aku juga mengoleksi beras bernama beras pera. Keberadaannya paling banyak ditemui di toko-toko rakyat. Bentuknya tidak terlalu bulat dan ukurannya agak kecil. Saat sudah jadi nasi, biasanya sedikit keras, terkadang mengikuti seberapa banyak air yang dicampurkan. Cocok sekali dibuat nasi goreng, karena kakunya cukup pas.

Lihat selengkapnya