Arwah Cinta Van der Ham

Ikhwanus Sobirin
Chapter #25

Villa Mencekam

"Cinta ibarat kapal. Arah angin mana yang mengarahkan? Berlabuh ataukah tumbang dihantam ombak lautan?"

šŸ‚šŸƒšŸ

Udara merangkak seakan merambati tulang-belulang. Kami berlindung di dalam jaket tebal dan syal yang memeluk leher kami masing-masing, selain bumbung api tinggi setara gunung merapi di tengah-tengah halaman ikut membakar kebekuan. Aku sengaja mengadakan malam gathering tepat di tanggal 14 Februari ini, supaya momennya terasa lebih special karena tepat pada hari kasih sayang.

Tema yang aku usung tema kebersamaan. Beberapa karyawan yang terpaksa kami rumahkan juga tak luput aku ajak menikmatiĀ night partyĀ di villa Flamboyan ini. Begitulah adanya, roda ekonomi Warung Pecel Bu Ayu tengah mengalami guncangan demi guncangan gangguan. Walau begitu, sebagai tradisi setahun sekali, aku ingin tetap mengadakan acara ini. Berharap dengan adanya acara gathering, seluruh tim Warung Pecel Bu Ayu semoga tetap kompak dan sejenak melepas penat supaya esok hari jiwa dan raga kembali segar.

Gathering di sebuah perusahaan menciptakan manfaatĀ take careĀ pengusaha kepada para karyawan. Ada banyak hadiah yang nanti akan aku bagi-bagikan untuk mereka. Dengan dana sebagian aku kuras dari kantong sendiri, sehingga tak terlalu mempengaruhi suhu keuangan di warung.

Aku bersama Yetti menyiapkan pancake buat cemilan nanti. Dari balkon lantai dua, aku menyaksikan api unggun menyala tinggi dari bawah. Anak-anak terlihat membeber karpet mengelilingi sumber kehangatan sembari bercanda ria serta mengobrol-ngobrol sambil menikmati teh hangat. Dan si Niko tampak asyik memetik-metik senar gitarnya. Sementara Surti menata door prize di atas meja yang posisinya tak jauh dari meja yang aku gunakan membuat pancake bersama Yetti.

Bu Ani, petugas catering yang aku sewa menata sajian di meja lain berupa sup buntut, gado-gado, dan nasi goreng. Ada tiga menu sebagai pilihan bagi sekitar 60 lebih karyawan Warung Pecel Bu Ayu yang datang dari segala cabang.

Kami semua menginap di villa besar ini. Tentu dengan pembagian kamar yang sudah diatur sama Surti.

Saat aku membuka adonan pancake yang aku bawa dari rumah tadi, mataku bergeser ke arah ujung lantai dua. Sosok pujaanku, si Satria Wijaya, pemasok gula merah dari CV Gula-Gula itu tampak menyendiri di tepian pagar. Dia mengedarkan pandangnya ke keramaian di bawah sambil dua pucuk headset menempel di dua lubang kupingnya. Beberapa kali kulirik, pria bertopi itu manggut-manggut menikmati musik yang entah judulnya apa.

Yetti berkolaborasi denganku. Dia sudah mencetak lima buah pancake berwarna cokelat tua. Sedangkan aku, masih mendapat dua buah.

Kuaduk perlahan adonan yang telah sedikit mengembang ini. Tadi sore saat di rumah, tepung terigu aku campur dengan garam, gula, vanilli, ragi roti, dan sedikit backing powder. Kemudian, aku encerkan dengan susu cair dan mentega cair. Sebagai perasa, aku taburi bubuk cokelat. Setelah adonan tercampur halus, aku diamkan sejenak supaya berfermentasi.Ā 

"Bu Ani, untuk supnya dipanasin dulu saja, yah. Nanti tepat jam 9, acara makan-makannya dimulai," pesanku kepada sang petugas catering.

"Surti, jangan lupa nanti penjaga villanya sama Pak Satpam yang jaga di depan, kamu ajak makan juga, yah," ingatku pada Surti.

"Iya, Neng. Tenang aja," sahut Surti.

Aku lalu kembali menilik gerak-gerik pria berkulit semanis gula merah itu. Kini dia berganti kesibukan. Jemarinya terlihat begitu cepat mengetikĀ touch screen-nya. Ada rasa tak biasa saat pria pujaanku itu begitu antusias memainkan gadget. Apakah dia sedang bermain gameĀ mobile legend,Ā yah? Atau ternyata dia sedang chattingan sama cewek lain? Ah, entahlah. Kadang aku merasa bodoh saja. Sepatutnya, aku ini mendekati pria-pria pengusaha butik atau koko-koko muda pemilik toko emas. Harusnya, aku mengacai diri. Seorang pebisnis sekaliberku, kudunya yah bergaulnya dengan para pria dari kelas yang setara. Tapi entah, kadang-kadang, aku merasa levelku serampangan. Yang terpenting pria itu tampan dan baik, sudah lebih dari cukup bagiku.

"Hmm!" Aku mengeluarkan napas dalam-dalam.

Lihat selengkapnya