Rintik hujan menjatuhi setiap senti tubuhnya. Mereka jatuh, mengalir dan seakan menari di atas kulit batu berwarna keabuan. Sepasang sayap kokoh terkulai di belakang badannya yang sedang membungkuk, mengintai dari atap gedung pencakar langit. Mata coklat terang itu menatap tajam hanya pada satu arah.
Ia merutuki dirinya! Tak peduli sekencang apa angin menerpanya dan petir yang siap melahapnya kapan saja, ia masih menatap seorang gadis yang sedang berjalan di bawah, marah! Seakan ada api yang akan keluar, seakan dirinya tidak diperhitungkan, dan seakan bossnya tidak pernah menginginkan dia. Ia marah, pada kelompoknya, pada boss nya dan pada dirinya sendiri. Apakah ini karena ketidak mampuannya mengembankan tugas yang lebih besar?
Hujan mulai mengamuk, lebih deras dan lebih membabi buta. Langit seakan akan runtuh dan akan menjatuhi siapa saja di bawahnya. Ia beranjak, mengepakkan sayapnya, melompat dari atas gedung dan mengamati gadis itu lebih dekat.