Dan aku belum bisa tidur sampai saat ini. Aku mencoba mengintip apa di sudah benar-benar tertidur.
“hmm, kamu tidak bisa tidur?” kata jia dengan nada mengantuk terbangun karenaku.
“ah, maafkan aku. Aku hanya memikirkan untuk besok jadi aku belum bisa tidur, apa kamu punya bir ji?” tanyaku kembali.
“tidak, ternyata mina suka minum ya. Aku tidak kuat minum mangkannya aku tidak punya”.
Kuputuskan untuk keluar sebentar membeli bir.
“kearah mana ya tadi? Padahal jia udah jelasin jalannya tadi, tapi aku malah lupa. Oh, lewat sini kali ya?” tebak ku.
Dan benar, aku sudah sampai di mini market. Aku mengambil 2 bir dan meminumnya didepan mini market. Entah aku yang salah melihat atau memang aku yang terlalu percaya diri, aku merasa ada yang melihatiku dari dalam mini market.
“apaan sih. Hah sudahlah, kamu sudah melakukan yang benar mina” kataku pada diri sendiri Sambil menyenderkan punggungku di kursi.
Aku sudah meminum bir ku dan melihat diponselku kalau sudah jam 9 malam. Aku rasa sudah waktunya pulang tapi aku ingin beli minum lagi. Saat aku hendak membayarnya, ada seorang pria yang memberiku yogurt dan menukarkan bir yang ada ditanganku.
“kamu masih kecil jangan minum ini” jelas pria tampan ini.
“aku sudah kelas 3. Sebentar lagi aku lulus dan masuk kuliah” kataku sedikit kesal.
“aku tau, tapi kamu sudah minum 2 botol tadi”
“tidak apa, aku kuat minum”
Tunggu, dia ingat aku beli 2 botol tadi? Sudahlah. Rasanya aku kuat-kuat saja minum banyak, tapi nyatanya aku belum terbiasa minum. Aku mabuk dan tertidur di depan mini market. Biasanya kalau jimin dan teman-teman mengajakku minum, aku hanya meminum beberapa teguk saja. Tapi entah kenapa kali ini aku ingin minum lagi.
“bangun, sudah jam 10 malam. Sebaiknya kamu pulang. Akan kupanggil kan taksi” ucap seseorang.
“eh, kamu lagi. Iya maaf aku akan pulang” kataku setengah sadar.
“tunggu sebentar aku akan panggilkan taksi”
“tidak usah, rumahnya dekat sini”
“ya sudah”
Entah apa yang aku lakukan sepanjang jalan ini. Aku merasa ada yang mengikutiku dari tadi. Dan tadi sepertinya aku hampir menabrak. Baru berfikir seperti itu saja sepertinya ada sesuatu didepanku.
“hati-hati”
Seperti tidak asing.
“ah, kamu orang yang tampan tadi ya. Apa kamu mengikutiku?” tanyaku sambil tertawa.
“tidak” ucapnya sambil tertawa.
“rumahku dekat dari sini juga” sambungnya.
“bukankah kamu sudah dari tadi disana?” tanyaku.
“ah” ucapnya ragu sambil menggaruk kepala.