AS NIGHT FALL BY

Arisyifa Siregar
Chapter #8

8. Rasa kesal entah darimana

Tria termenung, tak mendengarkan dosen yang sedang memberi tugas untuk nilai akhir semester. Sibuk dengan pikirannya sendiri yang mengira-ngira ini dan itu sambil menggoyang-goyangkan pulpennya di tangan. Andra, teman yang duduk disebelahnya menyadari Tria tidak mendengar ucapannya sejak tadi, ia menyikut pinggang Tria beberapa kali sambil berseru pelan. “Ayok!” Ajaknya.

Masih setengah melamun, Tria menyapukan pandangannya ke sekeliling, baru menyadari dosen sudah keluar ruangan dan sekarang teman-temannya sedang bergegas untuk pindah kelas. Sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, pikirannya kembali disibukkan dengan rasa penasaran sejak tadi pagi menghantuinya. Tentang pertemuannya dengan Duna tadi pagi.

Bisa dipastikan Duna tak ada masalah dengan Tami, karena kemarin sore Tria tahu mereka mengerjakan tugas sekolah di rumah Duna. Pagi ini, jelas juga kalau masalahnya bukan jam berangkat. Tria jadi yakin kalau Duna memang bermasalah dengannya, tapi yang membuatnya terganggu adalah, seberapa banyak ia memikirkan alasannya, ia tak menemukan dimana letak salah dirinya. Apa yang membuat anak itu merasa tak nyaman dengannya?

Sesampainya di kampus Tria juga mencoba kirim pesan ke Duna, mengetes, minta pendapatnya tentang tentang tugas lukisan Tria yang sebenarnya sudah diserahkan ke dosen. Dan untuk kedua kalinya sejak dua bulan terakhir, Duna mengabaikan pesan yang jelas-jelas sudah dibaca.

Tria makin penasaran, sebenarnya apa masalahnya.

“Lu lagi mikirin apaan sih?” tanya Andra penasaran, sikap Tria jauh lebih acuh tak acuh dan dingin dari biasanya. Ia bahkan tidak membalas sapaan cewek-cewek yang berpapasan dengannya, ekspresinya kelihatan tak bersahabat dan dingin.

Sambil membetulkan tali tasnya di bahu, Tria melirik. “Menurut lu, kalau ada cewek ngehindarin lu, kelihatan takut atau seringkali keliatan malu setiap ketemu sama lu, itu kenapa?”

Alis Andra naik sebelah. “Siapa? Dita? Kamila? Laura?”

“Ck!” decak Tria sebal. “Bukan, ada, adiknya temen gue.” Jelasnya ogah-ogahan.

Kini alis Andra bertaut, “Susah juga pertanyaan lu. Gue gak punya adek, jadi gak bisa kasih pendapat.” Sahutnya jujur. “Coba lu googling aja.” Usulnya.

“Gue selalu googling kalo bingung, tanya apa aja di google pasti ada artikelnya.” Ia memanjangkan lehernya seperti sedang mencari seseorang di seberang lorong. “Gue duluan ya!” Pamitnya berlari ke arah ruang kelas lain.

Tria mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana sambil menyandarkan salah satu bahunya di tiang. Bertanya dengan Andra ternyata lebih baik daripada bertanya dengan Julian, yang seringnya menyahut sok tahu dan ujung-ujungnya tergelak tawa oleh lawakannya sendiri yang padahal tak lucu.

Ia mengikuti saran Andra, mulai membuka browser dan mengetik kata kunci di kolom pencarian,

alasan cewek menghindar kelihatan takut dan malu saat bertemu

“HA?” ia terperangah membaca hasil pencarian sampai hampir saja ponselnya tergelincir dari tangan. Matanya berkedip-kedip seraya ibu jarinya menggulir layar dan membaca judul-judul artikel yang muncul di hasil pencarian.

13 Ciri-Ciri Wanita yang Menutupi Perasaan Cintanya, Ini 10 Ciri-Ciri Wanita yang Menutupi Perasaan Cintanya, 9 Alasan Wanita Menjauhi Pria yang Disukainya, 10 Alasan Mengapa Cewek yang Naksir Kamu…, 7 Alasan Perempuan Memilih Diam dan Memendam…

Ia sampai di akhir halaman pertama. Mengangkat tatapannya dari ponsel dan mengalihkannya ke orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar.

“Waaa!” gumamnya tak bisa berkata-kata. Sekali lagi melihat ke layar ponselnya lalu berkata “Waaa!” lagi dan menggeleng kepala. Langsung mengunci layar ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celana sambil berjalan ke arah kelas berikutnya.

“Waaah, udah gila ternyata artikel di google.” Gumamnya terus menggeleng kepala.

***

Duna memandang ke punggung Tami dan Raina di hadapannya, mereka asik ngobrol sambil berbisik. Entah bagaimana akhirnya Duna permanen bertukar tempat duduk Raina. Sudah berapa hari ini Duna duduk dengan Malik, cowok berambut keriting dan mengenakan kacamata bulat itu melirik ke Duna.

“Lu dikacangin ya?” celetuknya iseng.

Mengernyit kaget, Duna langsung bergeleng sambil membuka buku pelajarannya di atas meja. Sebenarnya diam-diam Duna memang merasa diabaikan oleh Tami, akhir-akhir ini di sekolah dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan Raina ketimbang dirinya.

Terkadang hal itu membuatnya merasa kesepian dan bingung harus bergabung dengan pembicaraan mereka atau tetap memisahkan diri seperti yang sedang ia lakukan sekarang.

“Lu kalau berangkat sekolah naik ojek ya?” lagi-lagi Malik nyeletuk.

Lihat selengkapnya