AS NIGHT FALL BY

Arisyifa Siregar
Chapter #12

12. Terjebak situasi menyebalkan

Dua bulan kemudian..


“Oi!” panggil Tria dari depan rumahnya.

Duna terkejut dan langsung menengok ke sekeliling. Tak ada orang lain dalam radius lima puluh meter selain mereka berdua. Tak ingin kepedean, dia bergeming untuk menyambangi. Mana mungkin Tria memanggilnya, selama dua bulan terakhir ini, setelah mempermalukan diri dengan melawan ucapan Tria, Duna mati-matian menghindari Tria. Bahkan Tami pun tidak pernah berusaha membuat dirinya menjauh dari Tria sejauh yang ia lakukan sendiri selama dua bulan terakhir.

“Oi! Duna!” seru Tria lagi.

Matanya membelalak lebar, kali ini jelas namanya yang disebut. Kemungkinan ia salah dengar sangat kecil, ditambah tak ada orang di komplek sini yang punya nama mirip-mirip dengan namanya. Duna menengok takut-takut, menunjuk lehernya dengan jari telunjuk. “Aku?” tanyanya memastikan.

Tria mengangguk-angguk sambil mengulurkan tangannya dan menggoyang-goyang jarinya naik turun. “Sini!” katanya.

Menggigit bibirnya gugup, Duna bergerak menyeberangi blok dan menyambangi Tria. Sambil menghindari tatapan mata Tria seperti biasa, dia mengaitkan kedua tangannya di belakang badan. “Ada apa, Kak?”

Tria terdiam, namun menyapukan pandangannya ke Duna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia kemudian berdehem. Sejujurnya ia tak tahu kenapa dia barusan dengan spontan memanggil Duna, ia juga tak ingin mengakui bahwa ia merasa senang saat melihat Duna barusan karena sudah dua bulan ia tidak pernah melihatnya. Ia berdehem lagi, berusaha mencari alasan dari tindakan bodohnya barusan.

“Tami akhir-akhir ini kalau pulang sekolah selalu sore,” ia mengucapkan kata-kata pertama yang terlintas di pikirannya. “Bukan pacaran, kan?” tanyanya melantur.

Dahi Duna berkerut, matanya melirik sinis ke sembarang arah. Tria bisa menangkap raut wajah Duna yang kelihatan tidak senang dengan ucapannya, dalam hati mengumpat dirinya sendiri karena cara bicaranya kedengaran seperti orang tua.

“Kita cuma belajar bareng, Kak.” Jawab Duna jujur, akhir-akhir ini memang dirinya, Tami dan Bagus sering belajar bersama dengan Raina dan Yiran, menonton bagaimana hubungan cinta sahabatnya itu bersemi dengan indahnya, sambil menyerap semua pelajaran yang mereka diskusikan karena Raina jenius di bahasa dan Yiran jenius di matematika.

“Oh!” tanggap Tria malu, merasa dirinya kelihatan picik dan total seperti pecundang karena mengeluhkan dan membahas hal yang sama seperti yang terakhir kali mereka bertemu. Juga seperti kakak bawel yang tidak paham dengan adiknya sendiri. Untung Tami sedang tidur siang, kalau dia dengar ucapan Tria tria barusan, dia tak akan segan-segan memukul Tria dengan kencang.

Keduanya kembali sama-sama terdiam, Duna menggerakkan matanya ke sembarang arah dengan kikuk. Mulai melepaskan kaitan tangannya di belakang badan dan menggosok-gosok bibirnya dengan telunjuk. Tria menengok, tanpa sadar memperhatikan bibir Duna sambil menelan ludah.

“Danie!” seru seseorang. Tria dan Duna menengok berbarengan. Kamila berjalan ke arah mereka sambil tersenyum lebar, namun segera melempar tatapan sinis ke Duna saat berdiri sebelahan dengan Tria. “Mau ke acara ultahnya Soraya, kan? Bareng dong!” ucapnya dengan nada suara manja.

Pipi Duna berkedut seraya bibirnya mengerucut. Menyesal kenapa merasa terpana dan kagum pada sosok Kamila saat pertama kali melihatnya, makin kesini cewek ini makin kelihatan ekor silumannya. Kepribadiannya sangat buruk, berbanding terbalik dengan wajah cantiknya, mengingatkannya pada Lisa yang kemarin hampir membuat celaka Raina lagi karena rasa sukanya pada Yiran.

Beruntung Yiran buru-buru menyatakan perasaannya pada Raina, sekarang Rainna sedang berada di posisi paling aman sejak ia putus dengan Kavi. Berbeda jauh dengan dirinya, Tria tak akan pernah menyukai apalagi menyatakan cinta padanya, jadi entah sampai kapan dia berada di situasi menyebalkan yang selalu menempatkan dirinya ada di antara Tria dan Kamila seperti ini.

Tanpa sengaja Duna melihat ekspresi Tria, dia sepertinya kelihatan tidak senang dengan kedatangan Kamila atau tidak mau pergi ke acara yang tadi Kamila sebutkan atau malah tidak mau pergi dengan Kamila. Apakah selama ini dirinya salah sangka? Duna mulai bertanya-tanya. Selama ini dia mengira Tria mempertahankan Kamila di sisinya mungkin karena ia ada rasa. Tapi kalau dilihat sekarang, seperti sebenarnya Tria kesulitan untuk menyingkirkan Kamila.

Tanpa sengaja lagi mata Duna kini menatap ke Kamila, jantungnya hampir copot ketika ternyata cewek itu sedang memelototinya. Sangat menyeramkan sampai Duna langsung menunduk dan tak berani mengangkat wajahnya untuk melihat kemana pun kecuali ujung sandalnya sendiri.

Lihat selengkapnya