As Sweet As Nasa

KillMill
Chapter #1

SATU

        Nasa merenggangkan tubuhnya begitu ia keluar dari pintu rumah sakit. Merenggangkan sendi-sendinya dan juga otot kepala yang mulai tegang. Hari sudah sangat gelap. Melirik jamnya, sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

Luar biasa. Di hari yang seharusnya Nasa pulang dari rumah sakit pukul 9 malam, dia justru masuk ruang operasi yang mengharuskannya menunda jadwal kepulangannya hingga 5 jam kemudian. Ada pasien trauma akibat kecelakaan mobil yang mengharuskan masuk ke ruang operasi segera. Nasa yang sedang bertugas jaga di IGD pun akhirnya ikut masuk ruang operasi meski tentu, dia hanyalah membantu dokter spesialis di sana.

Dia mendapatkan shift siang. Mulai bekerja pukul 14.00 dengan waktu selesai pukul 21.00, Nasa seharusnya sudah puas beristirhat. Kemarin hari Minggu. Dia bersantai di rumahnya seharian dan di hari senin bahkan dia baru masuk kerja pukul 2 siang. Tapi saat ini, Nasa sudah mengantuk sekali. Bukan hanya itu, dia juga lapar!

"Nas, baru mau pulang?" Pintu IGD di belakangnya terbuka, kemudian rekan sejawatnya sesama isip (sebutan untuk dokter internsip) yang berbeda kelompok dengannya menghampiri.

Nasa menoleh pada laki-laki yang sudah berada di sampingnya. Mengangguk menatap Raga dengan wajah datarnya seperti biasa.

"Udah tengah malem. Lo berani pulang sendiri?" tanya laki-laki itu.

Nasa kembali melirik jam tangannya. Bukan tengah malam lagi tapi sudah dini hari.

"Gue antar pulang gimana?" tawar laki-laki itu.

Nasa kemudian menggeleng. "Gue bawa mobil," tolaknya.

"Tapi rumah lo kan jauh, Nas. Gue antar pulang aja, ya?"

Nasa kembali menggeleng. "Nggak usah, gue berani sendiri." Kemudian gadis itu mengangguk singkat seraya berpamitan pada rekan sejawatnya itu sebelum kemudian melangkahkan kaki menuju parkiran tempat mobilnya terpakir.

Seperti yang Raga bilang barusan, rumahnya jauh dari rumah sakit tempatnya melakukan internsip ini. Nasa pun sedikit tidak jujur dengan Raga bahwa dia berani pulang ke rumah di jam 2 dini hari. Dia tidak berani. Maka dari itu, Nasa tidak pulang ke rumah. Lima belas menit dari rumah sakit, ada apartemen milik Keanu—sepupunya—yang sering Nasa tempati kalau dia pulang tengah malam dari rumah sakit. Maka mengendarakan mobilnya menuju gedung itu adalah yang kini Nasa lakukan.

*__*

Perutnya keroncongan.

Jika Nasa bahkan bisa menahan emosi walau dia sedang sangat emosi, tapi Nasa tidak bisa menahan lapar kalau dia sudah sangat kelaparan. Begadang di ruang operasi tentu saja selain membuatnya lelah, tetapi juga membuatnya lapar.

Nasa sudah memarkirkan mobil di parkiran apartemen. Sebelum naik menuju unit tempat yang akan ditinggalinya, Nasa memilih keluar mencari makanan dengan membawa tas ransel miliknya. Dia berharap semoga masih ada pedagang kaki lima ataupun restoran yang buka di dini hari seperti ini.

Nasa menyebrang jalan. Dia tahu ada sebuah restoran di sana. Restoran milik keluarga sahabatnya Sana—kembarannya—yang bernama Adel. Dia melihat lampunya masih menyala dan Nasa berdoa dalam hatinya restoran itu buka 24 jam. Namun doanya itu tidak terkabul karena ketika Nasa berada di sana, tanda close terpampang di pintu masuk.

"Yah ..." Nasa mendesah kecewa. Kenapa juga diharus diberikan harapan palsu dengan lampu yang menyala di dalam?

Nasa hendak kembali pulang. Sepertinya dia akan memasan makanan saja melalui ponselnya. Namun indra penciumannya mencium harum yang lain. Harum kesukaannya yang membuat Nasa pun memutuskan untuk menyusuri sisi restoran itu dan dihadapkan dengan pintu belakang yang terbuka.

Nasa mengintip sedikit. Terlihat seorang dengan rambut sedikit panjang dan dikuncir belakang tengah berlalu lalang. Membawa seluruh keberaniannya, Nasa mengetuk pintu dan memasuki ruangan itu dengan pelan.

"Kakaknya Adel?" panggil Nasa atas seseorang yang mungkin saja ia kenali dan mengenalinya itu.

Lihat selengkapnya