Nasa terkejut dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara alarm super luar biasa bisingnya yang bisa memekakkan telinganya itu. Dia sangat membenci alarmnya ini tetapi juga sangat dibutuhkannya. Gadis itu terjaga dari tidurnya yang baru beberapa jam itu untuk mencari sumber suara. Ponselnya ada di atas meja, diraihnya benda pipih itu dan Nasa menghentikan suara berisiknya.
Lepas mematikan alarm ponselnya, Nasa kembali merebahkan diri. Hendak kembali nyenyak dari tidurnya sampai kemudian dia teringat bahwa hari ini dia sudah bergantu untuk berganti shift dengan temannya.
"Shit!" Nasa mengumpat. Tidak jadi tidur dan langsung berdiri.
Gadis itu awalnya merasa bingung. Ruangan ini jelas bukan kamarnya yang berdinding coklat. Cat putih dan juga sofa yang ternyata menjadi tempat tidurnya membuat Nasa mengingat dimana keberadaannya. Ingatannya semakin diperjelas saat dia menatap Kakaknya Adel yang bingung memperhatikannya dari dalam dapur.
Nasa tidak punya waktu untuk ini semua. Alarm ponselnya ketika Nasa datang bulan dinyalakan pukul 7 pagi. Sedangkan dia masuk pukul 7 pagi. Seharusnya Nasa langsung bertolak ke rumah sakit. Tapi tidak bisa. Dia tetap harus masuk kamar mandi lebih dulu. Nasa pun terburu membuka ranselnya mengambil pakaian ganti dan tentu saja pembalut dan langsung mencari-cari keberadaan kamar mandi yang ada di ruangan ini.
"Yang itu." Kakaknya Adel menunjuk sebuah pintu yang berada paling ujung. Nasa pun bergegas masuk ke sana, meninggalkan Kakaknya Adel yang masih berdiri di tempatnya.
Pria itu juga sama terkejutnya dengan dering alarm ponsel Nasa.
Tidak butuh waktu lama Nasa berada di toilet. Gadis itu cukup dengan menyikat giginya dan berganti pembalut, mencuci wajahnya dan berganti pakaian. Setelah itu, Nasa keluar. Lupakan untuk mandi hari ini karena Nasa akan semakin terlambat masuk rumah sakit.
Gadis itu mengambil sebuah handuk yang ada di dalam etalase—yang entah milik siapa untuk mengeringkan wajahnya. Dia ternyata lupa membawa handuknya. Nasa langsung keluar dari kamar mandi sembari menguncir rambut sebahunya. Tidak sempat sisiran. Nasa akan melakukannya di dalam mobil. Gadis itu langsung menarik ranselnya dan menuju kitchen bar tempat dimana Kakaknya Adel berada.
"Cookies semalam masih ada, kak?" tanyanya. Nasa buru-buru. Tapi dia lapar.
Kakaknya Adel yang semula membelakanginya itu lalu balik badan dengan membawa sebuah tas bekal dan meletakannya di atas meja.
"Kamu udah habisi semua tadi malam," jawabnya.
Nasa mendesah. Mau bagaimana lagi. Dia memang tidak ditakdirkan memakan kue kering enak itu pagi ini.
"Ada pancake dan chacomile tea di dalam," kata Kakaknya Adel lagi.
Nasa menatap tas bekal itu kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Buat saya?" tanyanya.
Kakaknya Adel mengangguk. Membuat Nasa tersenyum senang dan langsung membawa tas bekal itu dengan wajah berbinarnya.
"Thanks Kak." Nasa berlalu setelahnya.
Menyisakan Leo yang menatap kepergian gadis itu hingga Nasa tidak lagi didapati matanya. Leo keluar dari dapur. Dia harus ke restoran pagi untuk untuk mengawasi persiapan pagi sebelum restoran buka. Pegawainya pasti sudah berdatangan. Baru hendak menuju kamar mandi, mata Leo melihat sesuatu di bawah sofa. Langkah kakinya pun mendekat ke sana. Mengambil dua benda itu dengan tangannya dan geleng kepala kemudian menghela napasnya.
Sebuah stetoskop dan bra berwarna hitam.
*__*
Nasa bahkan tidak memiliki kesempatan untuk membuka tas bekalnya. Dia sudah terlambat hampir tiga puluh menit. Nasa benar-benar terburu-buru. Gadis itu bahkan berlari menuju ruang ganti untuk memakai snelinya dan meletakan ranselnya. Namun saat hendak mengambil stestoskopnya, Nasa tidak mendapati benda itu ada di dalam tasnya.
"Ah sial!" Gadis itu mengumpat lagi. Pagi ini benar-benar menyebalkan. Nasa mengantuk dan kelaparan tapi dia tetap harus pergi berkerja.
Nasa keluar dari ruang ganti. Pandangannya lalu mendapati Raga—rekan sejawatnya yang mungkin saja baru selesai shiftnya itu melangkah mendekat dengan wajah lelahnya. Nasa tidak punya waktu untuk basa-basi. Gadis itu menarik stestoskop yang ada di leher Raga dan mengalungkannya di lehernya sendiri.