As Sweet As Nasa

KillMill
Chapter #4

EMPAT

        "Lo nemu apa, Li?" tanya Nasa memastikan pendengarannya sekali lagi.

"BH, bra, beha. B-e-be h-a-ha, beha," ulang Liana sembari memutar kedua bola matanya jengah. Nasa ini apa pendengarannya bermasalaha, ya? Perasaan Liana sudah mengulang berkali-kali.

"BH? Warna apa?" tanya Sana semakin pesaran.

"Nggak tau. Hitam kayaknya."

Nasa menahan senyum leganya. Kemungkinan besar bra yang ditemui Liana di ruang ganti adalah miliknya. Itu artinya, benda kramat milik Nasa tidak jatuh di ruangan pribadi Leo, bukan?

"Terus lo kemanain?" tanya Nasa.

"Gue kasih Dek co-ass. Siapa tau punya temennya yang habis jaga malam terus jatuh."

Nasa semakin mengulum senyumnya. Tidak peduli sebenarnya benda itu akan berakhir di tangan siapa selain di tangan laki-laki yang tau bahwa itu adalah miliknya. Apalagi di tangan Leo. Sudah cukup Nasa mempermalukan diri dengan langsung kabur begitu saja tadi malam saat mereka bertemu di lobi apartemen.

"Kenapa emangnya?" tanya Liana heran.

Nasa geleng kepala. Tidak berminat menjelaskan pada Liana. Toh enggak penting juga. Menutup lokernya, Nasa kemudian melambaikan tangannya seraya berpamitan pada Liana yang baru saja hendak mengambil pakaiannya. Gadis itu hendak mandi setelah berkutat di IGD sejak pagi.

"Bye, Liana! Hati-hati di jalan." Nasa melambai dengan perasaan riang sekali. Membuat Liana mengerutkan keningnya heran. Nasa itu orang yang tidak suka berbasi-basi. Tapi itu apa? Dadah-dadah?

Sepertinya dia terlalu banyak makan makanan manis. Mungkin saja Nasa sedang mabok gula.

*__*

Hari Nasa berlalu seperti biasa. Berkutat di IGD dengan berbagai macam pasien. Sudah pukul 9 malam. IGD pun sudah tampak sepi. Hanya ada beberapa pasien saja yang menunggu konfirmasi DPJP untuk pasien yang harus rawat inap dan butuh tindakan lebih lanjut. Tugas Nasa di IGD sudah selesai. Keluar dari IGD menuju ruang ganti sembari merenggangkan otot-ototnya yang tegang.

Seperti biasa, di depan ruang ganti wanita, dia bertemu dengan Raga yang sudah berseragam lengkap dengan snelli dan stetoskopnya yang baru saja keluar dari ruang ganti pria. Laki-laki itu tersenyum, mengangat tangannya seraya menyapa Nasa.

"Hai, Nas."

"Yo." Nasa hanya membalas sekenanya sembari memukul-mukul pundak belakangnya yang terasa pegal.

Tanpa melihat lagi Raga yang masih memerhatikannya sampai masuk ruang ganti, Nasa menguap sembari membuka lokernya. Mengeluarkan ranselnya dan mengambil baju ganti sebelum kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hari ini terasa lelah sekali.

Nasa tidak membutuhkan waktu lama untuk mandi. Yang penting bersih dan mampu menyapu kuman-kuman yang menempel di tubuh. Dia membiarkan kepalanya tidak dikeramas. Nasa tidak sanggup jika harus keramas juga. Besok saja, di rumah dia akan keramas sebelum berangkat ke rumah sakit.

Gadis itu berdiri di depan lokernya seraya memakai pakaian gantinya. Sudah jam 10 malam. Rumah sakit terasa sepi sekali. Di ruangan ini juga hanya ada dirinya. Biasanya ada dokter koas—yang lebih sering dipanggil Dek koas—yang ikut berjaga di IGD dengannya dan mereka biasanya akan berganti bersama sebelum pulang. Namun hari ini juniornya itu mengambil jadwal liburnya.

Nasa menguap sekali lagi. Beriringan dengan suara ketukan pintu terdengar di telinganya.

"Nas, ini Raga." Suara Raga.

"Kenapa?" tanya Nasa.

"Lo udah mau pulang, ya?"

"Kenapa?"

Lihat selengkapnya