Aku terlempar jauh, sangat jauh. Bagi atlet tenis meja sepertiku, diboikot dari seluruh pertandingan adalah sebuah kematian. Bagaimana aku bisa menerimanya? Sementara untuk sampai ke titik ini ada banyak hal yang aku korbankan, waktu dan kesehatanku, petuah Bapak, dan identitasku sendiri. Aku melakukan semua demi satu hal, impian.
Saat aku kecil seorang guru pernah bertanya,”apa kalian mempunyai mimpi?” Hampir seluruh murid memilikinya. Menjadi dokter, guru, pilot, polisi, artis, dan banyak mimpi-mimpi yang mereka ucapkan. Hanya aku yang diam.
Lalu, Pak Guru berkata dengan sedih,”bagaimana kamu akan hidup di dunia nyata jika untuk bermimpi saja kamu tidak berani.”