ASA kali kedua

Mahessa Gandhi
Chapter #2

Pria tak bermoral

{Dua Tahun setelah pendidikan}

"Maaf Bu, jika Aku harus jadi pengkhianat! Aku memutuskan untuk berhenti mengejar cita-cita yang bukan inginku. Eveline harus mendapatkan keadilan, dan Aku harus melakukan itu!"

Kata-kata Ellen membuat mata pisau yang tenggah menggerus bawang itu terhenti. Sejenak Wiryo menatap lekat, berusaha mencerna maksud Ellen yang masih terpatri di depannya.

"Aku memutuskan untuk menerima panggilan itu," imbuhnya.

Wiryo menghela napas dalam, lalu menganggukkan kepala tanda bahwa ia menyetujui apa pun keputusan Ellen.

"Ibu menyetujui keputusanku 'kan?"

Wiryo mengagguk lagi, ia tentu mendukung keputusan anak gadisnya. Pun kalau seandainya Ellen mengurungkan niat untuk masuk Akademi Militer, setidaknya karir yang hendak dipilih tidaklah buruk.

"Apakah Kamu yakin dengan pilihanmu?"

Ellen diam sejenak mendengar pertanyaan Wiryo. Pun ia takut rencananya tidak akan sampai tujuan.

"Hubungi Ibu secepatnya Jika Kamu dalam kesulitan. Ibu janji akan mengunjungimu setiap minggu," kata Wiryo sambil menggenggam erat kedua tangan Ellen.

"Ellen janji nggak akan ngerepotin Ibu lagi," balasnya sambil memeluk erat tubuh Wiryo.

Wiryo terharu, tak mudah bagi Wiryo melepas Ellen yang telah dipungut sejak masih berumur enam tahun, pun ia masih tak percaya jika anak gadisnya itu telah tumbuh dewasa.

"Ellen pamit Bu," ucapnya sambil mencium punggung tangan Wiryo.

"Hati-hati, Nggul. Jaga Adikmu," pesan Wiryo kepada Tunggul salah satu anak pungutnya.

"Nggih, Bu!" Jawab Tunggul sembari mengangguk patuh.

Tunggul mulai menarik pedal gas motornya. Perlahan motor GL-Pro warisan Darmono itu lenyap dari pandangan mata Wiryo.

Ternyata dalam perjalanan itu motor GL-Pro Tunggul mogok, membuat Ellen telat tiga puluh menit untuk menghadiri wawancara. Ia tentu tergesa-gesa, pandangannya fokus ke depan sambil menarik koper berisi baju ganti selama tinggal di asrama. Heels hitam yang tak begitu tinggi itu membuat jalannya sedikit repot, sementara ia harus tiba di Garda Indo Persada setidaknya dua puluh menit setelah wawancara dimulai, mana mungkin dengan jalannya yang repot itu bisa sampai di sana dua puluh menit lagi. 

Ellen berhenti sejenak sambil sedikit berjongkok untuk melepas heels. Sialnya ia berhenti sembarang tempat, tak tahu jika ia berhenti tepat di belakang sebuah mobil yang hendak keluar dari parkiran.

Mobil yang tidak tahu bahwa di belakangnya ada orang pun akhirnya mundur teratur, membentur koper serta tubuh Ellen. Alhasil tubuh Ellen terdorong keras membuat heelsnya patah sebelah, sementara pemilik mobil itu pun terkejut melihat seorang wanita dari balik spion tengah tersungkur ke tanah.

Ellen menggerutu, menyumpah-serapai pemilik mobil.

"Turun!" Kata Ellen sambil menggedor-gedor kaca mobil.

Begitu power windows diturunkan nyali Ellen tiba-tiba menciut, terlihat seorang pria mengenakan kaca mata hitam, pandangannya lurus tak mengindahkan ocehan Ellen. Tangannya memijit kening sesaat, kemudian melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher. Suara wanita berambut shagy layer sebahu itu cukup membuatnya jengkel.

Lihat selengkapnya